Kamis, 05 Februari 2009

MANAJEMEN PEMBIBITAN KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN
Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit ditanam saat ini baru akan dipanen hasilnya beberapa tahun kemudian. Kelapa sawit merupakan tanaman tahunan (perenial crop). Pada kelapa sawit dikenal periode tanaman belum menghasilkan (TBM) yang lamanya bervariasi 2 – 4 tahun, tergantung beberapa faktor.
Investasi yang sebenarnya bagi perkebunan komersial berada pada bahan tanaman yang akan ditanam karena merupakan sumber keuntungan bagi perusahaan kelak. Konsekuensinya, bahan tanaman yang ditanam harus bermutu tinggi dan dijamin oleh institusi penghasil benih. Pemilihan bahan tanaman yang tidak tepat akan membawa resiko yang sangat besar. Perusahaan akan menderita kerugian dana, waktu, dan tenaga kerja jika bibit yang ditanam ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini baru bisa diketahui setelah tanaman mulai menghasilkan, 2 – 4 tahun kemudian. Keberhasilan ini juga ditentukan oleh teknik-teknik budidaya (aspek teknis) dan sistem manajemen perusahaan yang baik (aspek manejemen)
Pembibitan merupakan kegiatan awal di lapangan yang bertujuan untuk mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu tahun sebelum penanaman di lapangan, agar bibit yang ditanam tersebut memenuhi syarat, baik umur maupun ukurannya.

II. MANAJEMEN PEMBIBITAN
Aspek-aspek manajemen yang berkaitan dengan pembibitan kelapa sawit yang harus dilaksanakan meliputi:
1. Perencanaan Kegiatan Pembibitan (Planing)
a. Penyiapan lokasi pembibitan :
· Merencanakan waktu pemilihan lokasi.
· Meninjau lokasi yang potensial, seperti :
o Datar dan rata, bila tidak rata sebaiknya dibuat teras.
o Dekat dengan sumber air
o Bebas dari gangguan hewan
o Lokasi pembibitan mudah dikunjungi dan diawasi serta tersedia bangunan bagi para pekerja yang melakukan pemeliharaan dan pengawasan.
· Mempersiapkan program pembibitan yang terperinci, termasuk sistem perairan.

b. Pemilihan bahan tanam :
· Bahan tanam unggul bersertifikat dari institusi penjual kecambah berlegitimasi seperti Dami Mas (SMART), PPKS, PT Socfindo, OPSG Topaz (Asian Agri), dan Sriwijaya.
· Perhitungan kebutuhan benih dan luas areal pembibitan.
Contoh perhitungan kebutuhan benih :


170 semai
Seleksi di pembibitan ± 10%
185 semai
Kecambah ditanam di persemaian
150 bibit (sudah termasuk 10% sisipan)
Bibit siap tanam
200 butir
Seleksi kecambah ± 7,5%
Kecambah diterima
Seleksi di persemaian ± 7,5%
Semai dipindahkan ke polibag besar

Contoh perhitungan (L) luas areal pembibitan untuk (Po) 150 bibit diatas dengan jarak tanam (a) 90 cm x 90 cm x 90 cm (jarak tanam segitiga sama sisi)
L = 105,22 m2

2. Pembagian kerja bagi tenaga pembibitan (Organizing)
Pembagian kerja (job description) pada pembibitan umumnya seperti diperagakan oleh bagan dibawah ini

Pekerja harian
Mandor Pembibitan
Mandor Utama
Asisten lapangan
Mengawasi pelaksanaan pembibitan dan menerima laporan hasil kegiatan dari mandor
Mengkoordinir segala kegiatan pembibitan dan bertanggung jawab kepada asisten lapangan
Mengawasi secara langsung pekerja di bawahnya dan menyampaikan lebih lanjut prosedur kerja
Pelaksana langsung kegiatan pembibitan di lapangan

3. Pelaksanaan pembibitan (Actuating)
a. Penyiapan lokasi :
· Membuat jalan rintis ke lokasi-lokasi yang potensial
· Membuat jalan permanen ke arah lokasi pembibitan
· Membersihkan areal persemaian secara mekanis
· Membersihkan areal pembibitan utama secara mekanis
· Memesan bahan tanaman dan peralatan-peralatan
b. Persiapan persemaian :
· Membuat bedengan dan naungan
· Membangun gudang
· Mengisi dan memindahkan mini/babybag
· Memasang sistem pengairan
· Menerima dan menanam kecambah
c. Perawatan persemaian :
· Pengaiaran atau penyiraman
· Pengendalian gulma
· Pemupukan
· Konsolidasi bibit yang miring
· Pengendalian HPT
· Penjarangan bibit/seleksi (thining out)
d. Persiapan dan penanaman di pembibitan utama
· Membangun gudang utama
· Memasang sistem pengairan
· Membuat jalan di pembibitan
· Pemancangan, persiapan, dan pengisian tanah ke dalam kantong polibag besar
· Pemindahan semai dari persemaian (alih tanam)
e. Perawatan pembibitan utama
· Konsolidasi bibit doyong dan penambahan tanah pada polibag
· Penyiraman bibit
· Pengendalian gulma
· Pemupukan
· Pengendalian HPT
· Penjarangan bibit/seleksi (thining out)

4. Pengawasan pembibitan (Controlling)
Pengawasan pembibitan dilaksanakan untuk mendukung keberhasilan penanaman kelapa sawit dengan mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan selama proses pembibitan berlangsung. Selain itu, penanganan bibit dari pembibitan awal hingga ke pembibitan utama merupakan faktor yang tidak dapat dikesampingkan. Hal-hal yang perlu diawasi antara lain :
a. Kesalahan menanam pada saat pindah tanam dari pembibitan awal ke pembibitan utama. Bila bibit ditanam terlalu dangkal maka pertumbuhan tanaman akan menggantung dan mudah rebah.
b. Penyiraman kurang merata, terlalu deras atau tidak cukup penyiraman pada masing-masing tanaman. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan yang heterogen pada hamparan pembibitan yang sama.
c. Kesalahan dalam pemberian pupuk, herbisida atau pemakaian obat-obatan. Tindakan ini dapat mengakibatkan daun tanaman terbakar.
d. Penempatan jarak tanam yang terlalu rapat sehingga terjadi persaingan dalam memperoleh sinar matahari. Jarak tanam yang dianjurkan adalah segitiga sama sisi 90 cm x 90 cm x 90 cm.
e. Pemindahan bibit dari pembibitan awal terlalu cepat akan menimbulkan scorching sedangkan pemindahan bibit yang terlambat akan menimbulkan pertumbuhan yang meninggi (etiolasi)


III. PENUTUP

Untuk mendukung keberhasilan penanaman kelapa sawit diperlukan adanya bibit yang baik. Bibit tersebut dapat diperoleh bila kecambah kelapa sawit yang digunakan berasal dari produsen yang diakui oleh pemerintah. Penggunaan bibit yang tidak jelas sumbernya bisa menyebabkan kerugian. Selain itu penanganan bibit dari pembibitan awal hingga pembibitan utama merupakan faktor yang tidak dapat dikesampingkan.
Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Dengan demikian maka pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan pembudidayaan pada tanaman kelapa sawit

IV. DAFTAR PUSTAKA

Pahan, Iyung. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Buana, Lalang, dkk. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Setyamidjaja, Djoehana. 2006. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

PERSIAPAN TANAM DAN PENANAMAN KELAPA SAWIT

IDENTITAS KEBUN
Perkebunan PT. Sentosa Mulia Bahagia (PT. SMB) terletak di Desa Peninggalan, Simpang Tungkal dan Sukadamai, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan. Secara geografis berada di sekitar 02o 16’ – 02o 25’ Lintang Selatan dan 103o 46’ – 104o 00’ Bujur Timur dengan ketinggian elevasi wilayah sekitar 25 – 55 m diatas permukaan laut (dpl). Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth dan Ferguson, kebun ini termasuk dalam tipe A dengan suhu rata – rata sebesar 32o C.
Luas areal perkebunan PT. Sentosa Mulia Bahagia sampai pada tahun 2006 adalah sebesar 6.272,37 ha yang terbagi atas 8 (delapan) divisi. Berdasarkan data realisasi penanaman sampai dengan bulan Februari 2006, luas areal tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 1.387,36 ha sedangkan tanaman menghasilkan (TM) seluas 4.799,57 ha. Jarak tanam yang digunakan pada saat penanaman adalah 9 x 9 x 9m (segitiga sama sisi) dengan perkiraan populasi per ha sebesar 143 tanaman/ha.
Produksi tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit PT. SMB setiap tahunnya bervariasi, pada tahun 2004 total produksi TBS adalah sebesar 27.852,53 ton(10 bulan) 33.423,03 ton(12 bulan) dan pada tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi sebesar 40.736,52 ton.

ASPEK TEKNIS
1. Seleksi Kecambah
PT SMB menggunakan kecambah varietas Tenera socfindow dan tenera Guthrie. Kecambah dipisahkan tiap kantong plastik sesuai dengan nomor kelompok meliputi criteria normal (tunggal, ganda 2, dan ganda 3), abnormal, dan afkir (tidak berkecambah dan mati). Masing-masing criteria dihitung, jumlahnya dicatat kemudian kecambah normal ditanam dalam polybag secara berurutan sesuai kelompok criteria kecambah atau menurut nomor kantong dan peti. Kecambah abnormal tetap ditanam mengelompok pada setiap bedeng sedangkan kecambah afkir dimusnahkan.
2. Penanaman Kecambah
Penanaman dimulai dengan pembuatan lubang tanam sedalam sedalam 2-3 cm dengan tugal kecil yang ujung runcing. Penanaman kecambah dilakukan dengan hati-hati agar tidak patah/terbalik dengan posisi bagian akar (Radicula) menghadap kebawah dan tunas (Plumula) menghadap keatas. Radicula yang terdapat pada kecambah ditandai dengan warna agak kecoklatan dan terlihat tudung akarnya. Lubang tanam ditutup kembali dengan tanah setebal 1-1,5 cm dan tidak boleh dilakukan pemadatan. Semua bagian kecambah harus tertutup tanah.
3. Pembibitan
Pembibitan adalah kegiatan memelihara benih secara maksimal hingga menjadi bibit siap tanam untuk dijadikan tanaman menghasilkan. Pada Perkebunan SMB pembibitan dilakukan sendiri di divisi ll. Luas areal pembibitan yang dimilki perkebunan ini mencapai 60 Ha.
4. Penanaman Kelapa Sawit
Di Perkebunan SMB khususnya di divisi VI penanaman kelapa sawit dimulai dari pembuatan lubang tanam yang dimensinya disesuaikan dengan ukuran polybag dan memasukkan pupuk serta bibit yang telah disiapkan.
Ada beberapa tahap yang dilakukan sebelum penanaman ini berlangsung. Pertama, bibit dipesan dari divisi II disesuaikan dengan luas areal yang akan ditanami. Setelah bibit datang, bibit dikumpulkan disuatu tempat yang dekat dengan air kemudian bibit dilangsir menggunakan traktor sebanyak 100 bibit untuk sekali langsir yang akan dibawa ke blok yang akan ditanami. Setelah itu bibit diturunkan dijalan produksi yang nantinya dilangsir lagi oleh karyawan penanam ke setiap ajir. Dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanam, pemberian pupuk TSP 300 gram atau Rock Phosphat sebanyak 500 gram per lubang dan memasukkan bibit yang sudah dibuang polybagnya kemudian lubang ditutup kembali.
5. Penanaman LCC
Salah satu tujuan penanaman LCC adalah menekan pertumbuhan gulma. Jenis LCC yang dipakai di PT SMB adalah Calopogonium Muconoides (CM), Pureria Javanica (PJ), dan Centrocema Pubescent (CP), dengan perbandingan 1 : 1 : 1= 3 Kg/ha. Pekerjaan ini dimulai dengan pengendalian gulma terlebih dahulu yaitu menebas dan mendongkel gulma berkayu yang tumbuh disekitar tananaman kacangan. Selanjutnya membabat kacangan agar tanaman kacangan tidak terlalu tebal dan semak yang dapat menutupi tanaman pokok.
ASPEK MANAJERIAL
Proses penanaman, mulai dari pemindahan bibit hingga bibit tersebut ditanam, diawasi langsung oleh mandor penanaman. Mandor penanaman harus mengetahui berapa jumlah bibit yang sudah ditanam dan yang belum ditanam sehingga memudahkan dalam pelaporan ke kantor pembibitan untuk mencocokkan dengan laporan bibit yang telah keluar dari divisi II (Pembibitan). Untuk penanaman LCC diawasi oleh mandor LCC yang tugasnya adalah mengawasi penanaman LCC. Setelah penanaman LCC selesai, mandor LCC memilki kewajiban membuat dan menginformasikan laporan penanaman LCCnya kepada mandor 1. Mandor 1 adalah orang yang langsung berada dibawah koordinasi assistant divisi, sehingga mandor 1 berhak melakukan pengontrolan dan pengaturan terhadap semua jenis pekerjaan yang dilakukan sekaligus memberikan penilaan terhadap pekerjaan tersebut.
PEMBAHASAN
Pembibitan

No
Masalah yang Dihadapi
Solusi
1
Areal bergelombang
Meratakan tanah sebelum pembibitan utama
Membuat saluran drainase
2
Kurangnya tenaga kerja karena sebagian BHL berdomisili diluar kebun SMB
Membangun barak untuk karyawan di dalam kebun

3
Kurangnya pemahaman dalam hal seleksi bibit yang berakibat tanaman yang abnormal turut tertanam dilapangan
Memberikan penyuluhan yang lebih intensif



Penanaman Kelapa Sawit
No
Masalah yang dihadapi
Solusi
1
Lubang tanam yang tidak sesuai dengan standar sehingga mempersulit penanaman.
Meningkatan supervise terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan
2
Lubang tanam yang tertimbun karena hujan dan erosi.
Memperpendek selang waktu antara pembuatan lubang tanam dengan penanaman.
3
Penanam kurang disiplin dan terampil dalam melaksanakan pekerjaannya.
Melakukan pembinaan pada karyawan yang masih baru.
4
Kurang padatnya tanah sewaktu melakukan penanaman sehingga bibit mudah condong bahkan rebah saat tertiup angin.
Melakukan pemadatan tanah sampai rata di sekeliling pokok sehingga bibit tidak goyang.

Penanaman LCC
No
Masalah yang dihadapi
Solusi
1
Penanaman LCC yang terlambat sehingga mengakibatkan sukar untuk tumbuh karena pertumbuhan gulma yang lebih cepat
Penanaman LCC seharusnya dilakukan segera setelah kegiatan land clearing dilakukan.

2
Kurangnya tenaga kerja
Perencanaan kebutuhan tenaga kerja harus lebih matang.

DAMPAK PEMBUKAAN LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT SEKITAR

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia memang sangat cocok dijadikan sebagai tempat pengembangan perkebunan kelapa sawit karena potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia yang berlimpah yang dapat difungsikan dalam pengembangan kelapa sawit. Karena itu, perluasan lahan terus dilakukan di sejumlah daerah sehingga menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif.
Para investor melihat hal ini sebagai prospek yang cerah bagi pengembangan perkebunan kelapa sawit sehingga perluasan lahan terus-menerus dilakukan di daerah yang berpotensi. Pengembangan dan perluasan perkebunan kelapa sawit tersebut tentu saja membutuhkan lahan yang tidak sedikit dan menimbulkan dampak yang tidak sedikit pula.
Pembukaan dan perluasan lahan untuk perkebunan kelapa sawit menimbulkan banyak dampak bagi lingkungan, termasuk bagi masyarakat sekitar. Di satu sisi, pembangunan dan pengembangan kelapa sawit memberikan dampak positif bagi masyarakat, contohnya pembangunan sarana-sarana bagi masyarakat sekitar, seperti pembangunan sarana transportasi, tempat ibadah, sarana olahraga, memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, dan lain-lain. Namun, hal tersebut tidak sebanding dengan dampak negatif yang ditimbulkan, seperti kerusakan lingkungan yang banyak menimbulkan bencana, kesenjangan sosial antara masyarakat dengan karyawan, hingga konflik sengketa lahan yang kadangkala membawa maut.

1.2 Tujuan

1. Menganalisis dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan dan perluasan perkebunan.
2. Membuat kita lebih peka terhadap dampak yang ditimbulkan atas pembangun perkebunan kelapa sawit dalam masyarakat.
3. Bersama-sama memberi solusi dalam menanggulangi damapk-dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan perkebunan kelapa sawit.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Wilayah Perkebunan
Salah satu perusahan perkebunan kelapa sawit yang telah mengantongi ijin konsesi lahan untuk perkebunan kelapa sawit yaitu PT Bumi Pratama Khatulistiwa ( BPK ), dengan luas kebun 6.814,96 Ha yang terdiri dari lahan inti yang telah memiliki HGU seluas 4.814,96 Ha dan lahan plasma seluas 2.000 Ha. Dari areal yang akan dikembangkan seluas 6.814,96 yang direncanakan akan ditanam kelapa sawit seluas 6.375 Ha, sedangkan sisanya seluas ± 400 Ha diperuntukkan antara lain untuk areal pembangunan jaringan infrastruktur, pembibitan, emplasmen, pabrik dan IPAL ( Instalansi Pengolahan Air Limbah ). PT BPK dilengkapi dengan 1 (satu) unit pabrik dengan kapasitas 30 ton TBS/jam.
Secara administratif, areal PT BPK terletak di Kecamatan Kuala Ambawang, Desa Mega Timur yang mempunyai luas wilayah sebesar 40,5 Km2. Desa Mega Timur terdiri dari 6 (enam) dusun, yaitu Mega Blora, Mega Lestari, Mega Melati, Mega Jaya, Mega Sempurna dan Mega Kencana. Serta terbagi dalam 6 (enam) RW dan 37 ( tiga puluh tujuh ) RT.
Secara geografis PT BPK terletak antara 0000’11,3’’ – 0005’ 17,8’’ LU dan antara 109022’ 46,2’’ – 1090 28’ 17,8’’ BT. Lokasi perkebunan dapat dicapai melalui jalan darat dengan jarak ± 10 Km dari batas Kota Pontianak. Menurut Peta Paduserasi, areal PT BPK merupakan Kasawan Pertanian Lahan kering (PLK). Batas-batas wilayah yaitu : Sebelah Utara dengan Eks HPH PT. Arya Jaya, Sebelah Selatan dengan Sungai Landak, Sebelah Timur dengan Sungai Mandor, Sebelah Barat dengan Sungai Malaya.
2.2 Keadaan Penduduk Dusun Mega Blora
Dusun Mega Blora yang dikenal juga dengan nama Kampung Sungai Tempayan terbentuk sekitar tahun 1988. Terdiri dari 5 RW (Rukun Warga) dan 6 RT (Rukun Tetangga), dengan luas kampung 100 ha (1000 m x 1000 m). Jumlah penduduk pada tahun 2006 dari hasil wawancara dengan Kepala Dusun Mega Blora yaitu 218 jiwa. Penduduk yang ada di dusun ini berasal dari suku Tionghoa, Jawa, Madura dan Dayak. Mayoritas bahasa yang digunakan untuk percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia. Sistem pewarisan mengikuti garis keturunan bapak ( patrilineal) dengan status kepemilikan pribadi. Pada saat ini hampir sebagian besar wilayah kampung dikuasai oleh PT. BPK.
Dusun Mega Blora memiliki fasilitas untuk rumah ibadah sebanyak 6 unit yang terdiri dari 2 unit masjid, 2 unit surau, 1 unit gereja dan 1 unit kelenteng/pekong. Untuk fasilitas pendidikan dan kesehatan belum tersedia tetapi setiap seminggu sekali mantri kesehatan berkeliling kampung berdasarkan permintaan masyarakat. Akan tetapi masyarakat juga masih mempercayakan pengobatan mereka kepada dukun baik dukun bersalin maupun dukun kampung, dari hasil wawancara dengan Kadus ada 3 orang dukun bersalin dan 1 orang dukun kampung. Umumnya penyakit yang diderita masyarakat yaitu muntaber, batuk dan penyakit kulit. Untuk sarana transportasi masyarakat menggunakan dua jalur yaitu jalur darat dengan oplet, sepeda motor, mobil. Serta jalur air dengan menggunakan motor klotok dengan tarif sebesar Rp 4000 / orang. Sedangkan tarif oplet Rp 2000 / orang. Kendaraan tersebut selalu tersedia setiap hari. Jarak Dusun Mega Blora dengan batas Kota Pontianak sekitar 5 km, kondisi jalan sudah di aspal tetapi sudah berlubang-lubang. Kondisi perumahan secara umum bersifat semi permanen walaupun ada juga yang sudah permanen.
Secara umum aktivitas masyarakat adalah menoreh karet untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Membuka ladang/sawah sudah tidak banyak dilakukan oleh masyarakat setempat karena lahan sudah semakin sempit akibat digunakan untuk areal perkebunan kelapa sawit dan bertambahnya jumlah penduduk. Mereka berladang/bersawah di kampung-kampung tetangga yang jaraknya jauh dengan kampung mereka. Harga barang-barang kebutuhan pokok berupa beras yaitu Rp 4.700/kg, minyak tanah Rp 2.100/botol, bensin Rp 5.500/liter (data tahun 2006). Untuk penerangan sudah tersedia listrik walaupun untuk penggunaannya lebih banyak pada malam hari.
Selain mengusahakan tanaman pertanian seperti karet, sawit, kopi, rambutan,durian, ubi kayu, dan pisang, masyarakat Dusun Mega Blora mengusahakan juga peternakan seperti ayam, kambing dan angsa. Untuk perikanan mereka hanya memancing ikan di sungai, Memungut hasil hutan berupa kayu tetapi di luar kampung dan buah-buahan serta Usaha lain-lain seperti bekerja sebagai kuli di kebun sawit PT BPK, berdagang sembako. Aktivitas pertanian berupa bersawah dimulai pada Bulan Juli, masa panen padi sawah Bulan Januari – Februari dan masa tenang pada Bulan Maret – Juni.
Untuk sumber pendapatan tambahan, masyarakat Dusun Mega Blora mengusahakan peternakan ayam sebanyak 9 KK, kambing sebanyak 1 KK, angsa sebanyak 1 KK. Selain itu mereka juga memancing ikan di sungai yang dilakukan oleh 2 KK, memungut hasil hutan berupa kayu yang diambil dari luar kampung sebanyak 2 KK. Kegiatan yang lain yaitu bekerja sebagai kuli di kebun sawit sebanyak 3 KK, berdagang sembako 2 KK.
Untuk pelaksanaan adat, secara umum tidak ada adat istiadat yang menonjol kecuali adat-adat yang berhubungan dengan etnis dari masing-masing penduduk. Seperti untuk etnis Jawa, setiap tahun mereka melaksanakan ritual Sadakoh Bumi, yang biasanya dilaksanakan sehabis panen padi, sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Sang Pencipta atas rejeki yang telah mereka terima sepanjang tahun.
2.2 Permasalahan Masyarakat
Kepemilikan tanah di sekitar perkebunan sawit PT BPK adalah milik pribadi. Hampir semua sudah memiliki akte tanah. Tanah yang dikuasai oleh PT BPK awalnya adalah hutan yang oleh masyarakat adalah milik negara / tidak ada pemiliknya. Menurut hasil wawancara dengan beberapa penduduk bahwa yang menjadi masalah adalah pembagian kaplingan sawit yang tidak adil dan bukti kepemilikan lahan yang tidak kuat dari segi hukum, hanya selembar kertas kwitansi penyerahan lahan apabila terjadi jual beli.
Lemahnya kelembagaan sangat berpengaruh bagi perjuangan masyarakat dalam memperjuangkan aspirasinya.Di Desa Mega Timur , institusi lokal yang berperan adalah Kepala desa, Ketua RT, tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama, yang memberi pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat di sana. Namun seperti contoh kasus di Dusun Mega blora, peranan Kepala Dusun tidak terlalu memberi pengaruh, secara de jure, Kepala Dusun diakui tetapi secara de fakto ternyata peranan kepala dusun cendrung ditiadakan oleh masyarakat di sana. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia Kadus yang sudah terlalu tua untuk memegang jabatan sehingga cendrung lambat di dalam mengambil kebijakan.
Situasi yang terjadi pada masyarakat di Dusun Mega Blora adalah urusan yang berkaitan dengan administrasi selalu hanya melalui Ketua RT kemudian langsung dibawa ke Kepala Desa tanpa terlebih dahulu dibawa ke Kepala Dusun. Desa Mega Timur, secara umum memiliki kelembagaan adat dan pelaksanaan adat yang mengatur mengenai pengelolaan sumber daya alam masih diterapkan disana seperti ritual adat Sadakoh Bumi masih rutin dilaksanakan setiap tahun.
2.2.1 Dampak Keberadaan PT. BPK Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
Semenjak PT. BPK masuk ke Dusun Mega Blora, sudah menimbulkan konflik di antara masyarakat, antara yang menerima dan yang menolak. Menurut masyarakat secara umum kehadiran PT. BPK telah membuka akses jalan dan terbukanya lapangan pekerjaan. Akan tetapi wilayah kampung semakin sempit karena hampir sebagian besar digunakan untuk perkebunan kelapa sawit sedangkan jumlah penduduk semakin hari semakin bertambah, tanah yang mereka miliki semakin sempit sehingga tidak bisa digunakan untuk berladang.
Belum lagi semakin menipisnya hutan akibat pembukaan kebun sawit yang sebelumnya digunakan oleh masyarakat untuk mencari kayu seperti jenis Meranti, Mabang dan Semerat, serta mencari bahan obat-obatan, damar, rotan serta binatang buruan seperti babi hutan, rusa, kancil dan burung. Menurut informasi dari masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik bahwa terjadi pencemaran udara akibat asap pabrik dan pembuangan limbah pabrik sehingga menimbulkan bau yang kurang enak dan mengganggu pernapasan serta banyaknya lalat yang bertebaran di sekitar wilayah perkampungan.
Pendapatan masyarakat di Dusun Mega Blora relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan apabila dibandingkan sebelum adanya perkebunan sawit PT. BPK, ada masyarakat yang mengalami peningkatan pendapatan tetapi ada juga masyarakat yang menurun pendapatannya. Hal ini dikarenakan tidak semua masyarakat yang memiliki lahan plasma dan menurut masyarakat, lahan yang digunakan oleh PT. BPK untuk membuka perkebunan sawit adalah tanah milik negara berupa hutan yang berada di wilayah Dusun Mega Blora. Akan tetapi yang jelas terjadi penurunan pendapatan pada sebagian masyarakat karena semakin sempitnya lahan yang digunakan untuk berladang dan hutan semakin habis sehingga beberapa sumber pendapatan seperti kerja kayu, mencari bahan obat-obatan, damar, rotan serta binatang buruan menjadi berkurang dan bahkan hampir tidak ada lagi. Terjadinya peningkatan pendapatan pada sebagian masyarakat karena mata pencaharian utama mereka yaitu kebun karet pada tahun belakangan ini harganya mengalami peningkatan sehingga berpengaruh pada peningkatan pendapatan mereka.
Sumber pendapatan masyarakat Dusun Mega Blora berasal dari sektor pertanian, peternakan, perikanan, hasil hutan dan sumber lainnya. Untuk sektor pertanian, produk terbesar berasal dari komoditi karet yang merupakan sumber mata pencaharian utama. Untuk sektor peternakan, masyarakat pada umumnya memelihara ayam dan sektor perikanan hanya sebatas menangkap ikan di sungai dan tidak untuk dijual hanya untuk dikonsumsi sendiri. Untuk sektor hasil hutan, hanya 2 KK saja dari sampel studi yang melakukan kerja kayu tetapi di luar kampung karena di kampung sudah tidak ada hutan lagi. Pendapatan dari sumber lainnya seperti buruh di kebun sawit, berdagang sembako dan sewa mobil untuk angkutan buah sawit dan barang-barang sembako, tetapi ini hanya 4 KK yang melakukan dari sampel studi.
Adanya perkebunan sawit di Dusun Mega Blora tidak memberikan kontribusi yang berarti bagi peningkatkan pendapatan masyarakat, hanya 3 KK saja dari sampel yang mempunyai kebun plasma tetapi baru 2 KK yang sudah menghasilkan. Komiditi karet menghasilkan sekitar 5 – 20 kg / hari dengan harga Rp 7.000 - Rp 7.500/kg. Sawit hasilnya sekitar Rp 200.000 – Rp 350.000/bulan. Di sini terlihat penghasilan karet lebih besar daripada hasil sawit, untuk karet sehari masyarakat bisa mengantongi minimal sekitar Rp 35.000 – Rp 37.500 jika hanya dihitung 5 Kg / hari dengan harga Rp 7000 - Rp 7500/kg.
2.2.2 Solusi yang dapat Dilakukan
1. Keberadaan perkebunan kelapa sawit PT. BPK telah menimbulkan beberapa masalah baru di masyarakat Dusun Mega Glora. Untuk mengatasi hal ini tentu kita bersama-sama pemerintah, pemilik modal, dan masyarakat itu sendiri bersama sama mencari jalan terbaik sehingga semua pihak tidak ada yang dirugikan dengan saling member keuntungan.Hal yang mungkin dapat dilakukan
2. Pemerintah dengan serius ikut andil dalam pembagian lahan untuk masyarakat dan terus mengawasi jalannya perkebunan
3. Pembebasan lahan mestinya tidak mengurangi lahan pemukiman dan mata pencarian(ladang para petani)
4. Kekompakan masyarakat baik dalam satu dusun atau desa sekalipun sangat penting dalam menyelesaikan urusan bersama
5. Memperkuat kelembagaan yang ada di masyarakat
6. Pihak perkebunan dalam aspek sosial hendaknya memperhatikan kehidupan warga sekitarnya juga
7. Pembukaan lahan mesti tetap menjaga keberadaan sebagian hutan alaminya
8. Pihak perusahaan harus memperhatikan dampak lingkungan yang dapat terjadi

BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dengan adanya perluasan perkebunan sawit semakin mempersempit lahan yang dimiliki oleh para petani untuk menanam komoditi lainnya
2. Telah terjadi degradasi lingkungan akibat alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit
3. Telah terjadi perubahan ekonomi, yakni tingkat pendapatan menurun dengan bertani kelapa sawit berbeda dengan ketika bertani karet
4. Lahan pertanian semakin sempit akibat alih fungsi hutan yang dikonversi perkebunan sawit serta masyarakat tidak dapat lagi menikmati hasil hutan seperti kayu,tanaman obat obatan,dan hewan buruan.
5. Masih adanya dampak pencemaran limbah perkebunan yang dirasakan warga sekitar.
3.2 Saran
1. Mari kita bersama sama lebih peduli terhadap kehidupan masyarakat di sekitar lahan perkebunan kelapa sawit.
2. Pihak perusahaan kiranya dapat lebih peka terhadap keberadaan masyarakat sekitar perkebunan.
3. Pemerintah bersama sama semua pihak diharapkan dapat mencari jalan terbaik untuk menciptakan pertanian perkebunan kelapa sawit berkelanjutan yang tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat secara umum








DAFTAR PUSTAKA

http://Saveourborneo. Org/ index2. Written by Administrator Monday, 01 September 2008

PENGAMATAN KARAKTER KUALITATIF PADA CABE DAN KELAPA SAWIT

1. Cabai (Capsicum sp.)
a. Latar belakang
Penampilan suatu tanaman ditentukan oleh faktor genetik, lingkungan dan interaksi antara keduanya. Faktor genetik menjadi perhatian utama bagi parapemulia, karena faktor ini diwariskan dari tetua kepada turunannya. Oleh karena itu pengetahuan tentang genetic perlu dipahami untuk dapat memanipulasi tanaman menjadi lebih baik sedangkan factor lingkungan menjadi perhatian bagi para ekologis dengan memanipulasi lingkungan agar tanaman dapat tumbuh seoptimal mungkin.
Sifat-sifat tertentu pada tanaman seperti warna bunga, bentuk polong, warna polong, dikendalikan pleh gen sederhana (1 atau 2 gen) dan tidak atau sedikit sekali dipengaruhi lingkungan. Sifat ini disebut sifat kualitatif. Berikut cirri-ciri sifat kualitatif

no
Ciri-ciri
Sifat kualitatif
1
Cara membedakan
Ada atau tidaknya gejala: tahan atau peka, hitam atau putih.
2
Pengaru lingkungan
Tidakdipengaruhi atau sedikit
3
Sebaran
Diskrit
4
Pengujian
Dengan khi-kuadrat (c2)
5
Seleksi
Dengan observasi
6
Jumlah gen yang mengendalikan
Sederhana (1 atau 2 gen)

Kita dapat melihat beberapa sifat kualitatif pada cabai seperti warna bunga, warna buah, bentuk buah, kepedasan, ukuran ruas, percabangan tanaman dan lain sebagainya.

b. Tujuan
Mengamati serta mengetahui sifat-sifat kualitatif pada tanaman cabai yaitu warna bunga, warna buah, dan bentuk buah


c. Hasil dan pembahasan

Genotype cabai
Warna bunga bagian dalam mahkota
Warna buah muda
Orientasi bunga
Orientasi buah
Tipe buah
C7
putih
hijau tua
samping
bawah
besar
C12
putih
hijau tua
bawah
bawah
besar
C110
putih
hijau tua
bawah
bawah
keriting
C18
putih
hijau muda
samping
atas
rawit
C6
putih
hijau tua
bawah
bawah
keriting
C51
putih
hijau tua
bawah
bawah
keriting
C111
putih
hijau
samping
samping
keriting
C5
putih
hijau tua
bawah
bawah
besar
C19
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C105
putih
hijau tua
bawah
bawah
keriting
C18
putih
hijau
atas
atas
rawit
C50
putih
hijau muda
bawah
bawah
besar
C1
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C63
putih
putih kehijauan
bawah
samping
rawit
C107
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C3
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C2
hijau
hijau tua
bawah
bawah
besar
C15
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C64
putih kekuningan
hijau muda
bawah
bawah
besar
C20
ungu
hitam kehijauan
samping
atas
rawit
C28
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C4
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C17
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C9
putih
hijau muda
bawah
atas
besar
C14
putih
hijau muda
bawah
bawah
besar
C37
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C21
ungu keputihan
hitam kehijauan
samping
atas
rawit
C16
putih
hijau tua
bawah
bawah
besar
C11
putih
hijau tua
bawah
bawah
keriting



Berdasarkan bentuk buahnya, cabai digolongan dalam tiga tipe: cabai merah, cabai keriting, dan cabai paprika. Cabai merah buahnya rata atau halus, agak gemuk, kulit buah tebal, berumur genjah, kurang tahan simpan, dan tidak begitu pedas. Cabai keriting buahnya bergelombang atau keriting, ramping, kulit buah tipis, berumur agak dalam, lebih tahan simpan dan pedas sedangkan cabai paprika berbetuk segiempat panjang atau bel.



DAFTAR PUSTAKA

Syukur, Muhamad, dkk. 2007. Penuntun Praktikum Teknik Pemuliaan Tanaman. Bogor: Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor.






2. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
a. Latar belakang
Kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu atau monoecious dimana bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon. Karena bunga jantan dan bunga betina terletak pada tandan yang terpisah, maka tanaman ini termasuk menyerbuk silang, namun dapat juga menyerbuk sendiri. Secara alami penyerbukan dilakukan oleh serangga (entomophili) dan angin (anemophily). Jumlah kromosom 36.
Varietas yang ditanam pada tanaman komersial adalah rugrescen, yang memilki cirri berwarna violet sampai hitam waktu uda dan menjadi merah-kuning (oranye) sesudah matang. Varietas lainnya yatitu virescens san albescens dipakai pada program pemuliaan tanaman atau sebagai koleksi
Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan yang berkontribusi pada lebih dari 80% kebutuhan CPO dunia. Karena kepentingannya bagi konsumen, langkah-langkah untuk membuat varietas kelapa sawit yang sesuai dengan permintaan konsumen terus dilakukan. Hingga saat ini, berdasarkan ketebalan cangangnya, varietas yang banyak digunakan pada perkebunan adalah tenera.
Beberapa varietas kelapa sawit berdasarkan ktebalan cangkang (shell) adalah
- Tipe dura, bercangkang tebal (2-8 mm), persentase minyak per mesokarp rendah.
- Tipe tenera, bercangkang tipis (0,5-4 mm), persentase minyak per mesokarp lebih tinggi dari dura.
- Tipe pisifera, tidak bercangkang, tap umunya bersifat mandul betina.
b. Tujuan
- Mengamati ciri setiap varietas kelapa sawit
- Menentukan varietas kelapa sawit yang ditanam secara keseluruhan

c. Hasil dan pembahasan
Pohon
Dura
Tenera
Pisifera

Dari hasil pengamatan terhadap sifat kualitatif tanaman kelapa sawit, kita dapat melihat bahwa terjadi segregasi pada varietas yang ditanam dengan persentase dura, tenera, dan pisifera berturut-turut 13%, 80%, dan 7%. Hal ini dapat terjadi karena bibit yang ditanam berasal dari F1 atau yang biasa disebut oleh petani sebagai bibit sapuan.
DURA
PISIFERA
TENERA


















DAFTAR PUSTAKA

Pahan, Iyung. 2008. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Syukur, Muhamad, dkk. 2007. Penuntun Praktikum Teknik Pemuliaan Tanaman. Bogor: Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor.



















BAB I
ANALOGI PERCOBAAN MENDEL
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Konsep genetika merupakan dasar dalam memahami mata kuliah dasar genetika dan pemuliaan tanaman. Hal ini tidak terlepas dari teori mendel yang kita kenal sebagai Bapak gedetika dunia. Mendel mengemukakan teori pewarisan terpisah (particulate inheritance) yaitu bahan genetik penentu sifat diwariskan dari kedua tetua ke turunan berupa unit- unit yang utuh yang tetap terpisah, tidak bercampur atau melebur seperti pencampuran.
Dengan adanya teori inilah ilmu genetika terus berkembang dalam mengupayakan pencarian varietas baru di bidang pertanian. Berbagagi spesies tumbuhan disilangkan oleh para pemulia.Tentulah hal ini sebelumnya dapat kita ketahui akan peluang keberhasilan dalam pelakukan persilangan ini. Baik persilangan monohibrid maupun dihibridnya.
peluang dan perbandingan dari keturunan(filial) hasil persilangan yang kita lakukan dapat dianalogikan dengan kegiatan melempar koin. Dari dua sisi pada koin yang dilempar secara berulang-ulang, kita akan mengetahui peluang munculnya masing-masing sisi koin. Hal ini juga dapat dianalogikan dengan dua koin yang digunakan dilempar sekaligus untuk mengetahui peluangnya seperti melakukan persilangan dihibrid.
1.2 Tujuan
Adapunbeberapa tujuan dari percobaan ini ialah:
1. Mengetahui analogi peluang kejadian pada persilangan monohibrid dengan pelemparan sebuah koin
2. Mengetahui analogi peluang kejadian pada persilangan dihibrid dengan pelemparan dua buah koin
3. Dapat mengetahui perbandingan turunan yang diperoleh dalam proses persilangan,baik monohibrit maupun dihibridnya yang dianalogikan dengan peluang munculnya sisi koin pada pelemparannya.
4. Dapat melakukan perhitungan penentuan peluang kejadian.

II. Hasil dan pembahasan
Dari hasil pelemparan koin masing-masing sebanyak 200 kali lemparan satu koin (monohidrid) dan 200 kali pula untuk pelemparan 2 koin (dihibrid) didapatkan data sebagai berikut:
2.1 Percobaan 1(Analogi persilangan monohybrid)
sisi A
sisi a


Pelemparan koin dilakukan sebanyak 200 kali menggunakan 1 koin
Hipotesis :
H0 = Data sesuai dengan nisbah 1:1
H1 = Data tidak sesuai dengan nisbah 1:1
Ulangan
Kelas
O(observasi)
E(harapan)
(O-E)
1
A
a
103
97
100
100
3
-3
0,09
0,09
Total
∑=200
∑=200

∑ =0,18
2
A
a
101
99
100
100
1
-1
0,01
0,01
Total
∑=200
∑=200

∑ =0,02

db = 2-1= 1
tabel = 3,84
hitung ulangan 1 = 0,18
hitung ulangan 2 = 0,02
hitung rata-rata = 0,10
Karena hitung rata-rata (kedua ulangan) tersebut lebih kecil dari tabel maka, diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan.Hal ini dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan perhitungan secara statistika dapat dikatakan bahwa peluang munculnya kedua turunan yang dianaligikan munculnya kedua sisi koin (sisi A dan sisi a) ialah sama besarnya.
2.2 Percobaan 2 (Analogi Persilangan Dihibrid)
sisi A
sisi a
sisi A
sisi a


koin 1 koin 2
Pelemparan koin dilakukan sebanyak 200 kali menggunakan 2 koin
Hipotesis :
H0 = Data sesuai dengan nisbah 1:2:1
H1 = Data tidak sesuai dengan nisbah 1:2:1
Karena hitung kedua ulangan (rata-rata) tersebut lebih kecil dari tabel maka, diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan perhitungan secara statistika dapat dikatakan bahwa peluang munculnya ketiga turunan yang dianalogikan munculnya sisi-sisi dari 2 koin (sisi AA,sisi Aa dan sisi aa) ialah dengan perbandingan 1:2:1.


jika dikaitkan dengan pola pewarisan sifat pada persilangan kelapa sawit yakni antara dura dan fisifera maka dapat kita lihat bahwa akan menghasilkan turunan tenera. Begitupula jika kita kembali melakukan persilangan baik antara tenera,fisifera,dan dura yang semuanya saling disilangkan maka akan mendapatkan berbagai macam perbandingan turunannya.



III. Kesimpulan
dari percobana kali ini dapat kita simpulkan sesuai dengan hukum mendel bahwa bahan genetika penentu sifat diwariskan dari kedua tetua ke turunan berupa unit-unit yang utuh tetap terpisah tidak tercampur atau melebur seperti pencampuran. pada analogi persilangan monohybrid turunan yang diharapkan mewariskan sifat induknya memiliki peluang yang sama besar. Begitu juga dengan analogi persilangan dihibridnya yang menghasilkan turunan yang memiliki sifat sesuai dengan induknya dengan perbandingan 1:2:1.









BAB II
BIOLOGI BUNGA

A. BIOLOGI BUNGA TANAMAN KELAPA SAWIT

I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Botani Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk ke dalam famili Palmae dan subkelas Monocotyledoneae. Spesies lain dari genus Elaeis adalah (E. melanococca) yang dikenal sebagai kelapa sawit Amerika Latin. Beberapa varietas unggul yang ditanam adalah : Dura, Pisifera dan Tenera.
Morfologi kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1. Akar
Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan membentuk akar sekunder, tertier dan kuartener.
2. Batang
Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20–75 cm. Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun.
3. Daun
Susunan daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk. Susunan ini menyerupai susunan daun pada tanaman kelapa. Panjang pelepah daun sekitar 7,5–9 m. Jumlah anak daun pada setiap pelepah berkisar antara 250–400 helai. Produksi pelepah daun selama satu tahun mencapai 20–30 pelepah.


4. Bunga
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan rangkaian bunga betina. Umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang. Bunga tanaman kelapa sawit adalah monoceus yang artinya terdapat bunga jantan dan betina pada satu batang namun letaknya berbeda.
5. Buah
Buah terkumpul di dalam tandan. Dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600-2000 buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20–22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar 12–14 tandan per tahun. Berat setiap tandan sekitar 25–35 kg.
Secara anatomi buah kelapa sawit tersusun dari:
a. Pericarp atau daging buah. Pericarp terdiri dari:
· Mesokarp, yaitu kulit luar buah yang keras dan licin.
· Mesokarp, yaitu bagian daging buah yang berserabut. Mesokarp merupakan bagian yang mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi.
b. Biji yang tersusun dari :
· Endokarp (tempurung) yang merupakan lapisan keras dan berwarna hitam.
Endosperm (kernel) yang berwarna putih. Kernel akan menghasilkan minyak inti atau palm kernel oil.








b.
Tinjauan Pustaka
Sebagian besar manusia mempercayai bahwa salah satu faktor terpenting dalam perkembangan peradaban manusia adalah pertanian. Teknologi pertanian ditemukan sekitar 6000 tahun yang lalu di daerah Asia Tengah dan telah menjadi bagian dari peradaban manusia. Meskipun demikian, pertanian masa kini dan masa 6000 tahun yang lalu memiliki beberapa persamaan, yaitu salah satu tujuan akhir dari pertaniannya adalah untuk mencapai ketersediaan buah dan benih. Sebagian besar dari mereka percaya bahwa proses penyerbukan bunga merupakan kunci penting dalam keberhasilan produksi buah dan biji.
Penyerbukan adalah proses perpindahan serbuk sari yang merupakan sel kelamin jantan pada tumbuhan ke kepala putik yang merupakan bagian bunga yang memiliki sel kelamin betina. Proses penyerbukan bunga pada tanaman pangan diyakini terjadi secara alami dengan bantuan angin. Akan tetapi kemudian diketahui bahwa tanaman pangan dan tanaman perkebunan yang terbantu oleh angin sebagai sarana penyerbukan hanya mensuplai 90 persen dari total makanan di 146 negara yang ada di dunia. FAO memperkirakan bahwa 70 persen dari tanaman membutuhkan bantuan lebah (terutama lebah liar) dalam penyerbukan untuk menghasilkan buah, sedangkan sisanya terbantu oleh serangga lain atau hewan lainnya.
Tahapan proses penyerbukan dengan bantuan agen penyerbuk (serangga, burung, mamalia
1. Bunga memproduksi ovule yang merupakan sel kelamin betina pada saat bunga betina mekar.
2. Agen penyerbuk mengunjungi bunga untuk mengambil nektar atau/dan serbuk sari (polen).
3. Pada saat meninggalkan bunga, agen secara sadar/tidak sadar meletakkan serbuk sari/polen (sel kelamin jantan), dari bunga jantan dari jenis tumbuhan yang sama, pada kepala putik dari bunga betina.
4. Serbuk sari tersebut selanjutnya bergerak memasuki tabung serbuk sari dan membuahi ovule. Proses ini dikenal sebagai proses fertilisasi dan merupakan proses penting dalam pembentukan biji dan daging buah.
Dari pengantar tersebut, timbul suatu pertanyaan yaitu seberapa besar pengaruh dari hewan-hewan mungil ini dalam sistem kehidupan manusia? Untuk menjawab pertanyaan ini secara kuantitatif sangat sulit dilakukan, akan tetapi salah satu penelitian menyatakan bahwa nilai dari servis yang diberikan oleh hewan-hewan ini, secara global dapat mencapai nilai 200 milyar US dollar. Mengapa nilai dari servis yang diberikan oleh agen-agen penyerbuk ini sangat tinggi? Hal ini berkaitan dengan kualitas dari buah yang dihasilkan.
Para petani tentu kadang menemukan tandan buah abnormal yang memiliki ukuran relatif lebih kecil, bentuk yang kurang menarik, dan tidak berkembang sempurna. Pada umumnya petani akan menduga bahwa penyebab bentuk abnormal tersebut adalah kekurangan nutrisi atau serangan hama, dan mengabaikan kemungkinan lainnya seperti penyerbukan.
Sesungguhnya tanaman kelapa sawit membutuhkan frekuensi kunjungan dari agen-agen penyerbukan dalam jumlah yang optimal untuk menghasilkan buah yang baik dari segi kuantitas dan kualitas. Akan tetapi sayangnya, agen-agen penyerbukan yang berupa hewan kecil ini bekerja secara rahasia dan sebagian besar kelompok hewan ini berasal dari hewan yang lebih dikenal sebagai perusak, sehingga perannya dalam penyerbukan dalam sebuah sistem pertanian menjadi terabaikan. Bahkan perencanaan pertanian/perkebunan modern lebih cenderung menitikberatkan pada penggunaan nutrisi tambahan dan pengendalian hama untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Hal ini berarti pula peningkatan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani. Selain itu pula, penggunaan bahan kimia yang berlebihan, bukan tidak mungkin melahirkan masalah baru, yaitu : tingginya tingkat kerusakan pada tanah dan penggunaan insektisida seringkali melahirkan hama serangga subtipe baru yang jauh lebih merusak.
FAO memperkirakan terdapat lebih dari 100.000 spesies serangga, burung, dan mammalia yang terlibat dalam proses penyerbukan dan dapat dikatakan bahwa hampir seluruhnya tidak pernah dianggap sebagai komponen penting dalam sistem pertanian bahkan seringkali tidak dianggap sebagai hal penting dalam ilmu pertanian. Akan tetapi akhir-akhir ini para ilmuwan memprediksikan kekhawatiran akan terjadinya "krisis polinasi" seiring dengan temuan-temuan yang menunjukkan penurunan populasi dari agen-agen penyerbukan di dunia.Satu contoh paparan kasus yang disajikan berikut berkaitan dengan fungsi serangga sebagai penyerbuk di Malaysia. Hal ini merupakan suatu rahasia mengapa Malaysia dapat menjadi penghasil kelapa sawit terbesar di dunia.
Pada tahun 1960-an satu perusahan multinasional mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Malaysia dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan minyak kelapa sawit. Mereka berhasil menanam tanaman tersebut di Malaysia akan tetapi terdapat satu masalah yaitu kelapa sawit tersebut hanya menghasilkan buah dalam jumlah sedikit karena serbuk sari dari bunga jantan seringkali gagal mencapai bunga betina.

c. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk dari bunga tanaman kelapa sawit.
2. Agar mengetahui bagian-bagian bunga tanaman kelapa sawit sehingga kita dapat menyimpulkan golongan bunga kelapa sawit.

II. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil

Gambar 1; Bunga betina kelapa sawit Gambar 2; Seludang bunga jantan
Gambar 3; Bract (kiri), Spikelet (kanan)
Tabel 1; Identifikasi spikelet bunga betina
Panjang tandan
Lingkaran tandan
Ukuran bagian-bagian tandan
Bawah
Tengah
Atas
43 cm
39,4 cm
Pjg
Lkr
Pjg
Lkr
Pjg
Lkr
10,5 cm
4,5 cm
11,5 cm
4,5 cm
10 cm
4,5 cm
Jumlah
7 buah
3 buah


Table 2; Identifikasi spikelet bunga jantan
Ukuran tandan bunga jantan
Ukuran spikelet bunga jantan
Panjang bunga
Diameter
Lingkar tandan
Panjang spikelet
Lingkar spikelet
36,5 cm
4,5 cm
31 cm
12 cm
4 cm

b. Pembahasan
Dalam pengamatan bunga kelapa sawit ini bunga kelapa sawit terdiri dari bunga betina dan bunga jantan yang letaknya berbeda namun pada tanama yang sama (monoceous). Dalam penyerbukannya bunga kelapa sawit biasanya menyerbuk silang karena bunga jantan lebih dahulu mengalami antesis disbanding bunga betina mengalami reseptif. Karena bunga kelapa sawit terdiri dari bunga betina dan bunga jantan yang letaknya berbeda namun pada tanama yang sama (monoceous), maka bunga kelapa sawit dapat disebut juga bunga tidak sempurna.













III. Daftar pustaka
http://www.google.com/search
http://www.masterbeekeeper.org/
http://seafast.ipb.ac.id/maksi/index.php
Pahan, Iyung. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya
Sugiyono. dkk. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Indonesian Oil Palm Research Institute/ IOPRI)
















B. BIOLOGI BUNGA TANAMAN HIAS

I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Bunga (flos) atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik. Bunga secara sehari-hari juga dipakai untuk menyebut struktur yang secara botani disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam konteks ini, satuan bunga yang menyusun bunga majemuk disebut floret.
Bunga berfungsi utama menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa biji.
Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan pembentukan biji.
Beberapa bunga memiliki warna yang cerah dan secara ekologis berfungsi sebagai pemikat hewan pembantu penyerbukan. Beberapa bunga yang lain menghasilkan panas atau aroma yang khas, juga untuk memikat hewan untuk membantu penyerbukan.
Manusia sejak lama terpikat oleh bunga, khususnya yang berwarna-warni. Bunga menjadi salah satu penentu nilai suatu tumbuhan sebagai tanaman hias.
Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat jantan (benang sari) dan alat betina (putik). Suatu bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki semua bagian utama bunga. Empat bagian utama bunga (dari luar ke dalam) adalah sebagai berikut:
Kelopak bunga atau calyx;
Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis dan dapat berwarna-warni untuk memikat serangga yang membantu proses penyerbukan;
Alat jantan atau androecium (dari bahasa Yunani andros oikia: rumah pria) berupa benang sari;
Alat betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani gynaikos oikia: "rumah wanita") berupa putik.
Organ reproduksi wanita adalah daun buah atau carpellum yang pada pangkalnya terdapat bakal buah (ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal biji (ovulum, jamak ovula) yang membawa gamet betina) di dalam kantung embrio. Pada ujung putik terdapat kepala putik atau stigma untuk menerima serbuk sari atau pollen. Tangkai putik atau stylus berperan sebagai jalan bagi pollen menuju bakal bakal buah.
Walaupun struktur bunga yang dideskripsikan di atas dikatakan sebagai struktur tumbuhan yang "umum", spesies tumbuhan menunjukkan modifikasi yang sangat bervariasi. Modifikasi ini digunakan botanis untuk membuat hubungan antara tumbuhan yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dua subkelas dari tanaman berbunga dibedakan dari jumlah organ bunganya: tumbuhan dikotil umumnya mempunyai 4 atau 5 organ (atau kelipatan 4 atau 5) sedangkan tumbuhan monokotil memiliki tiga organ atau kelipatannya.




Tinjauan Pustaka
Bisnis Bunga dan Tanaman Hias di Mataram Rehab. Taman Hotel hingga Menata Dekorasi Pengantin (Oleh Arixs )

Meskipun belum tampak benar orang mataram gemar menata taman secara khusus, namun penjual bunga dan tanaman hias cukup banyak. Di ibu kota NTB ini puluhan penjual bunga berjejer di pinggir jalan utama seperti jalan udayana, jalan airlangga, jalan majapahit, jalan sriwijaya, jalan Saleh Sungkar, kawasan Rembiga. “kadang-kadang hanya cukup untuk biaya pemeliharaan,” kata I Made Yadi, penjual bunga di jalan Udayana, tentang pendapatan sehari-harinya.
Mereka umumnya mengontrak lahan hingga Rp 3 juta per tahun. Menurunnya penjualan bunga dan tanaman hias secara drastis terjadi sejak kondisi pariwisata lesu. “Sebelum tahun 2000 usaha ini sangat menguntungkan,” kata Gde Radita, penjual bunga di jalan majapahit yang mempunyai lahan pemeliharaan bunga dan tanaman hias seluas 27 are. Saat aktivitas pariwisata dalam kondisi stabil, hotel, restoran bahkan vila serta penginapan lainnya kerap melakukan bongkar pasang taman untuk memberikan kesan baru bagi tamu dan wisatawan yang datang. Para penjual bunga ini, juga sering diminta untuk menata kembali taman yang direhab tersebut. “Pemasukan terbanyak kami dari menata taman. Mereka melayani jasa penataan dekorasi berbagai acara, seperti acara perkawinan-niek.
Ternyata tidak banyak bunga dan tanaman hias yang biasa dijual di Mataram, berasal dari NTB. Palem merah, Bonzai cemara Udang, Asoka, hingga Adenium, Aglaonema dan Euphorbia, yang harganya terbilang tinggi didatangkan dari luar daerah seperti Jawa Timur, Bandung, Jakarta, bahkan Tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi yang asli dari ntb Thailand. Harganya ratusan ribu hingga jutaan rupiah, hanyalah Pandan Bali yang berasal dari kabupaten Sumbawa. “Pandan bali ini sudah diekspor hingga Korea Selatan”.
Bunga biasa seperti Kembang Kertas, Bonzai, Asoka, bisa dibeli dengan beberapa lembar ribuan. Jenis tanaman hias seperti Palem Merah, Palem Kuning, Cemara Udang, bisa mencapai satu juta rupiah ke atas. Bunga dan tanaman hias ini bisa dijumpai di hampir semua tempat penjualan bunga. Yang jarang ditemukan adalah jenis Kamboja Jepang atau Adenium atau yang juga disebut Mawar Gurun. Yang sedang digemari saat ini di mataram adalah jenis Adenium dengan harga Rp 40 ribu hingga Rp 700 ribu.
Selain itu jenis bunga yang terbilang langka yang berasal dari Thailand adalah Euphorbia dan Aglaonema. Euphorbia yang lebih dari seratus jenis ini, terbilang mahal, Rp 600 ribu hingga jutaan rupiah. “bahkan bisa mencapai Rp 35 juta,” ungkap Muhtar pengusaha bunga-bunga langka di jalan Saleh Sungkar Ampenan. Usaha yang belum lama digelutinya ini, meski harganya relatif mahal, menurutnya sudah kelihatan mulai digemari. Ada dua koleksi Aglaonema yang didatangkannya langsung dari Thailand yang siap ia jual dengan harga puluhan juta rupiah. Ada berbagai jenis Adenium dengan bonggol-bonggol indah menghiasi pot-pot yang tersiram matahari penuh sepanjang hari. Di Mataram, baru satu jenis Adenium yang bisa dijumpai di kebun-kebun penjualan bunga. Dua jenis lainnya baru mulai dikembangkan oleh Muhtar dan kawan-kawannya.
Musim dingin malas berbunga yang sedang ngetren dan banyak dicari saat ini di Mataram adalah Kamboja Jepang. Demikian penuturan para penjual bunga. Daya tariknya terletak pada berbagai warna memikat yang mencolok dan menawan. Secara sengaja dibuat menjadi pendek dengan bentuk bunga bergerombol dan menyebar. Yang istimewa terletak di bonggolnya yang unik dan bunga yang lebat. Keindahan dan harganya memang ditentukan bonggolnya. “makin unik bonggolnya makin tinggi harganya,” kata Made. Ketika bonggolnya mencapai ukuran ‘raksasa’ harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Jenis biasa dengan bonggol yang biasa pula, Rp 40 ribu hingga Rp 100 ribu. Bibitnya biasa dijual dengan harga Rp 5 ribu. “Adenium atau Kamboja Jepang yang sudah dikawinkan, harganya jauh lebih mahal,”. Setelah perkawinan dilakukan dengan menyambung Kamboja Jepang dengan warna yang berlainan, harganya akan jauh lebih mahal lagi. Makin banyak warna dalam satu pohon makin tampak indah. Di Mataram, belum banyak jenis dan warna Kamboja Jepang ini. Yang paling banyak, yang berwarna merah.
Hal itu disebabkan sulitnya pembibitan. Para penjual bunga tampaknya sedang keranjingan mengembangkan bunga jenis ini namun belum ada yang sepenuhnya paham bagaimana pemeliharaannya yang baik, sehingga tidak banyak yang dapat hidup dengan indah padahal peminatnya cukup banyak. Bonggol yang indah hanya tampak seadanya, sehingga nilai ekonominya pun seadanya. Adenium perlu media kering, namun tetap disiram secara intensif. Jika musim kemarau disiram sekali sehari, jika musim penghujan atau musim dingin disiram dua hari sekali. Jiika ingin rajin berbunga, sebaiknya dipakai pupuk kandang karena pupuk buatan akan mudah menguap.
Kelebihan lain dari Adenium adalah jarang diserang penyakit dan hama, tapi tetap penting pencegahannya dengan memperhatikan kebersihan lingkungan hidupnya. Agar tampak lebih indah, lakukan pemotongan atau pemangkasan saat berbunga karena akan muncul tunas-tunas baru. Menurut muhtar, pemangkasan sebaiknya jangan dilakukan pada musim dingin karena risiko kegagalan berbunganya cukup tinggi. Pada musim dingin adenium malas
Membuat bonggol unik dan menawan barang dan bonggol sempurna, bentuk bagus dengan ukuran besar dan mulus, membuat nilai jual melonjak tinggi. Sayang, tidak gampang mendapatkan batang indah seperti itu. Yang banyak ditemukan batangnya lumayan besar namun bonggolnya tidak indah dan mulus. Jika saja gampang memperoleh buah adenium kemudian diambil bijinya tentu tidak masalah. Salah satu cara bisa dilakukan yakni dengan stek. Hanya saja pembentukan bonggol lebih lama sekitar 4-6 bulan dibanding lewat biji.
Stek bisa dilakukan dengan memilih batang berdiameter minimal 1 cm atau telah berwarna putih, demikian tandanya tanaman telah berkayu. Kemudian iris batang tersebut dengan pisau tajam dan steril. Panjang stek lebih kurang 15-20 cm. Lalu letakkan stek di tempat teduh diangin-anginkan selama tujuh hari untuk mengeringkan getahnya. Setelah pangkal stek mengering, buatlah torehan berbentuk tanda tambah membelah dengan kedalaman 2 cm. Celupkan pangkal stek dalam larutan zat perangsang selama 15 menit. Tanam bahan tersebut ke dalam media dengan campuran, sekam bakar, pasir steril, dan kompos dengan perbandingan 1:2:1. Biarkan selama satu bulan, setelah itu, stek telah berakar. Maka setelah satu hingga dua tahun bersiaplah menikmati keindahan bonggol yang unik dan menawan.

b. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk dari bunga tanaman hias.
2. Agar mengetahui bagian-bagian bunga tanaman kelapa sawit sehingga kita dapat menyimpulkan golongan bunga tanaman hias.


II. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
1. Bunga Widelia biflora

Bagian-bagian bunga:
· Kelopak bunga
· Mahkota bunga
· Putik bunga
· Benang sari





2. Bunga Nolina

Bagian-bagian bunga:
· Kelopak bunga
· Mahkota bunga
· Putik bunga (dalam bunga yang berbeda)
· Benang sari (pada bunga yang berbeda)






3. Bunga Lili-lilian
Bagian-bagian bunga:
· Kelopak bunga
· Mahkota bunga
· Putik bunga
· Benang sari
· Bakal buah




4. Bunga Melatian
Bagian-bagian bunga:
· Kelopak bunga
· Mahkota bunga
· Putik bunga
· Benang sari
· Bakal buah

Gambar 1. Tahapan proses penyerbukan dengan bantuan agen penyerbuk (serangga, burung, mamalia)


Gambar 2; Contoh bunga sempurna

b. Pembahasan
Tanaman bunga hias bukan hanya tanaman yang bernilai untuk keindahan saja, namun juga memiliki nilai ekonomi yang cukup menjanjika. Dalam budidayanya tanaman bunga hias memiliki cirri-ciri karakter tersendiri yang memungkinkan perrbedaan dengan bunga hias lainnya. Dalam sistem reproduksinya tanaman hias memiliki cara tersendiri, baik secara generatif maupun vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif harus memiliki kriteria bunga sempurna ataupun dalam sistem reproduksinya mengandalkan sel betina (kepala putik) dan sel jantan (benang sari).
Dari hasil pegamatan bunga hias diatas maka bunga-bunga hias tersebut termasuk golongan bunga:
1. Bunga Widelia biflora (bunga sempurna)
2. Bunga Nolina (bunga tidak sempurna)
3. Bunga Lili-lilian (bunga sempurna)
4. Bunga Melatian (bunga sempurna)

III. Daftar pustaka
http://www.beritaiptek.com/
http://biologi-suwoto-banjarnegara.blogspot.com/
http://www.cybertokoh.com/mod.php
http://www.sith.itb.ac.id/
















BAB VI
PENGAMATAN POLEN KELAPA SAWIT

I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Bunga tanaman kelapa sawit terdiri bunga jantan dan bunga betina yang berbeda tempat namun dalam satu tanaman (monoceus). Dalam bunga jantan bunga tersusun atas spikelet-spikelet yang menjadi satu dalam infloresen bunga. Di dalam spikelet itu terjadi proses pembentukkan bunga jantan yang nantinya akan menghasilkan polen guna membuahi sel betina (kepala putik).
Dalam proses pembentukkan bunga jantan hingga antesis (siap membuahi bunga betina) memerlukan waktu yang relatif cukup lama. Polen yang dihasilkan tadi akan mampu menyerbuk silang ke tanaman kelapa sawit yang lain antara rentan waktu 3-5 hari setelah antesis.
Sistem Reproduksi
Tumbuhan menunjukkan pergiliran ada dua fase, yaitu fase seksual dan fase aseksual. Fase seksual adalah dimana gametofit membentuk gamet melalui mitosis. Fase aseksual adalah fase dimana Sporofit membentuk spora melalui meiosis.
Kelebihan dan kekurangan reproduksi seksual dan aseksual:
Reproduksi seksual:
· Keturunan lebih mudah berespons dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Reproduksi aseksual:
· Katurunan seragam secara cepat
· Statis atau lambat beradaptasi terhadap lingkungan
Pembungaan
Pembungaan yaitu proses perubahan perkembangan vegetatif menjadi reproduktif (evokasi bunga) atau proses diferensiasi organ-argan bunga dari meristem reproduktif.
Perubahan perkembangan vegetatif menjadi reproduktif dikendalikan oleh beberapa faktor, yaitu:
· Suhu
· Musim/Fotoperioda
· Kualitas sinar

Tinjauan Pustaka
Bunga jantan terletak pada bunga yang berbeda, infloresen bunga jantan memiliki tangkai (penducle) yang lebih panjang dari pada infloresen bunga betina dan terdiri dari spikelet yang berbentuk silinder, seperti jari-jari tangan namun tidak berduri. Spikelet memiliki panjang berkisar 10-20 cm diameter 0,8-1,5 cm dan mempunyai bract yang pendek. Sebelum mekar, infloresen terbungkus oleh triangular bract yang terdiri dari enam segment perianth, 1 Androecium yang membentuk tabung dengan 6atau kadang-kadang 7 kepala sari (anther), serta 1 gynecnoecium yang rudimenter. Struktur 3 segmen perianth yang membentuk lapisan luar bersifat keras, sedangkan 3 segmen perianth lainnya yang membentuk lapisan dalam bersifat lunak.
Bunga jantan mempunyai panjang 3-4 mm dan lebarnya 1,5-2,0 mm. Di Malaysia, dari satu spikelet kelapa sawit varietas tenera umur 8 tahun, dapat dihasilkan 785 bunga jantan sehingga diperkirakan dari satu infloresen bunga jantan dapat dihasilkan 100.000 bunga jantan.
Bunga jantan mekar dari bagian dasar spikelet dan seluruh bunga biasanya sudah mekar dalam waktu dua hari, kecuali pada kondisi musim hujan, dimana biasanya bunga akan mekar setelah empat hari. Umumnya, tepung sari dihasilkan selama 2-3 hari setelah bunga mekar dan akan habis dalam 5 hari, dimana viabilitas tepung sari sudah sangat rendah. Dari satu infloresen jantan, dapat menghasilkan 25-300 gram tepung sari.

b. Tujuan
1. Mengetahui bentuk dari polen kelapa sawit.
2. Untuk mengetahui lama polen dapat hidup tergantung pada berbagai prilaku yang dilakukan terhadap penyimpanan polen kelapa sawit.

II. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Table 1; Pengamatan polen A dan B tanaman kelapa sawit
Keadaan polen sebelum penyimpanan
Perbesaran 10 x 10
Rata-rata
Polen A
Polen B
112,6308
104,4
Perbesaran 40 x 40
Polen A
Polen B
107,5625
73,4
Keadaan polen setelah penyimpanan dalam seminggu
Perbesaran 10 x 10
Rata-rata
Dalam lemari pendingin
Di ruangan terbuka *
Polen A (%)
Polen B (%)
Polen A (%)
Polen B (%)
37,99214
32,76929
42,69
44,73
* pengamatan polen dilakukan oleh kelompo III A
b. Pembahasan
Dari hasil pengamatan penerapan perlakuan terhadap polen kelapa sawit, dari asal polen A yang telah mekar 50 % dan polen B yang telah mekar 70 %. Maka daya membuahi polen terhadap putik bunga berbeda-beda, polen A setelah dilakukan berbagai perlakuan, yaitu dengan perlakuan penyimpanan di ruang terbuka dan di lemari es ternyata lebih tahan lama/lebih baik keadaanya dibandingkan dengan polen B. hal ini dikarenakan polen efektif membuahi putik pada umur antesis 3-5 hari. Dalam pengamatan ini polen B telah mekar 70 %, maka daya aktif polen tersebut sudah berkurang dibandingkan polen A yang masih mekar 50 %.
(polen kelapa sawit)
Gambar 1; polen kelapa sawit







III. Daftar pustaka
http://books.google.com
http://seafast.ipb.ac.id
http://www.sith.itb.ac.id/
Pahan, Iyung. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya
Sugiyono. dkk. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Indonesian Oil Palm Research Institute/ IOPRI)

ANALOGI PERCOBAAN MENDEL PADA KELAPA SAWIT

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Konsep genetika merupakan dasar dalam memahami mata kuliah dasar genetika dan pemuliaan tanaman. Hal ini tidak terlepas dari teori mendel yang kita kenal sebagai Bapak gedetika dunia. Mendel mengemukakan teori pewarisan terpisah (particulate inheritance) yaitu bahan genetik penentu sifat diwariskan dari kedua tetua ke turunan berupa unit- unit yang utuh yang tetap terpisah, tidak bercampur atau melebur seperti pencampuran.
Dengan adanya teori inilah ilmu genetika terus berkembang dalam mengupayakan pencarian varietas baru di bidang pertanian. Berbagagi spesies tumbuhan disilangkan oleh para pemulia.Tentulah hal ini sebelumnya dapat kita ketahui akan peluang keberhasilan dalam pelakukan persilangan ini. Baik persilangan monohibrid maupun dihibridnya.
peluang dan perbandingan dari keturunan(filial) hasil persilangan yang kita lakukan dapat dianalogikan dengan kegiatan melempar koin. Dari dua sisi pada koin yang dilempar secara berulang-ulang, kita akan mengetahui peluang munculnya masing-masing sisi koin. Hal ini juga dapat dianalogikan dengan dua koin yang digunakan dilempar sekaligus untuk mengetahui peluangnya seperti melakukan persilangan dihibrid.
1.2 Tujuan
Adapunbeberapa tujuan dari percobaan ini ialah:
1. Mengetahui analogi peluang kejadian pada persilangan monohibrid dengan pelemparan sebuah koin
2. Mengetahui analogi peluang kejadian pada persilangan dihibrid dengan pelemparan dua buah koin
3. Dapat mengetahui perbandingan turunan yang diperoleh dalam proses persilangan,baik monohibrit maupun dihibridnya yang dianalogikan dengan peluang munculnya sisi koin pada pelemparannya.
4. Dapat melakukan perhitungan penentuan peluang kejadian.

II. Hasil dan pembahasan
Dari hasil pelemparan koin masing-masing sebanyak 200 kali lemparan satu koin (monohidrid) dan 200 kali pula untuk pelemparan 2 koin (dihibrid) didapatkan data sebagai berikut:
2.1 Percobaan 1(Analogi persilangan monohybrid)
sisi A
sisi a


Pelemparan koin dilakukan sebanyak 200 kali menggunakan 1 koin
Hipotesis :
H0 = Data sesuai dengan nisbah 1:1
H1 = Data tidak sesuai dengan nisbah 1:1
Ulangan
Kelas
O(observasi)
E(harapan)
(O-E)
hitung ulangan 1 = 0,18
hitung ulangan 2 = 0,02
hitung rata-rata = 0,10
Karena hitung rata-rata (kedua ulangan) tersebut lebih kecil dari tabel maka, diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan.Hal ini dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan perhitungan secara statistika dapat dikatakan bahwa peluang munculnya kedua turunan yang dianaligikan munculnya kedua sisi koin (sisi A dan sisi a) ialah sama besarnya.
2.2 Percobaan 2 (Analogi Persilangan Dihibrid)
sisi A
sisi a
sisi A
sisi a


koin 1 koin 2
Pelemparan koin dilakukan sebanyak 200 kali menggunakan 2 koin
Hipotesis :
H0 = Data sesuai dengan nisbah 1:2:1
H1 = Data tidak sesuai dengan nisbah 1:2:1
Ulangan
Kelas
O(observasi)
E(harapan)
(O-E)
1
AA
Aa
aa
50
106
44
50
100
50
0
6
-6
0
0,36
0,72
Total

∑=200
∑=200

∑ =1,08
2
AA
Aa
aa
60
91
49
50
100
50
10
-9
-9
2
0,81
0,81
Total

∑=200
∑=200

∑ =4,43

db =3-1= 2
tabel = 5,99
hitung ulangan 1 = 1,08
hitung ulangan 2 = 4,43
hitung rata-rata = 2,75
Karena hitung kedua ulangan (rata-rata) tersebut lebih kecil dari tabel maka, diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan perhitungan secara statistika dapat dikatakan bahwa peluang munculnya ketiga turunan yang dianalogikan munculnya sisi-sisi dari 2 koin (sisi AA,sisi Aa dan sisi aa) ialah dengan perbandingan 1:2:1.


jika dikaitkan dengan pola pewarisan sifat pada persilangan kelapa sawit yakni antara dura dan fisifera maka dapat kita lihat bahwa akan menghasilkan turunan tenera. Begitupula jika kita kembali melakukan persilangan baik antara tenera,fisifera,dan dura yang semuanya saling disilangkan maka akan mendapatkan berbagai macam perbandingan turunannya.



III. Kesimpulan
dari percobana kali ini dapat kita simpulkan sesuai dengan hukum mendel bahwa bahan genetika penentu sifat diwariskan dari kedua tetua ke turunan berupa unit-unit yang utuh tetap terpisah tidak tercampur atau melebur seperti pencampuran. pada analogi persilangan monohybrid turunan yang diharapkan mewariskan sifat induknya memiliki peluang yang sama besar. Begitu juga dengan analogi persilangan dihibridnya yang menghasilkan turunan yang memiliki sifat sesuai dengan induknya dengan perbandingan 1:2:1.

ANALISIS VEGETASI GULMA KUANTITATIF

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada umumnya tanaman dibagi menjadi dua yaitu, tanaman yang menguntungkan dan tanaman yang merugikan. Tanaman yang menguntungkan pastinya tanaman yang dibudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan tanaman yang merugikan adalah tanaman yang tidak dikehendaki keberadaannya. Atau dalam bahasa pertanian sering disebut dengan gulma (weed). Pengertian gulma yang lain adalah tumbuhan yang belum diketahui menfaatnya secara pasti sehingga kebanyakan orang juga menganggap bahwa gulma mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada nilai ekonomisnya. Sehingga gulma tersebut harus dimusnahkan dari muka bumi ini, agar nantinya tidak menimbulkan kerugian – kerugian yang lainnya, yang nantinya dapat mengganggu kegiatan pertanian. Baik secara teknis maupun secara ekonomis. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak selamanya gulma hanya memberikan nilai negatif saja untuk tanaman budidaya. Gulma juga mempunyai nilai positif yang memberikan keuntungan bagi tanaman budidaya. Yang pertama, gulma dapat mengurangi resiko erosi yang terjadi di areal pertanaman tanaman budidaya. Kedua, gulma dapat menjadi inang hewan predator bagi hama – hama yang merusak tanaman. Gulma juga dapat berperan sebagai LCC (Legume cover crop).

Kerugian – kerugian gulma dilihat dari segi kualitas, kuantitas, dan praktek pertanian.
a Segi kualitas : dengan adanya gulma kualitas akan menurun, karena biji gulma tersebut tercampur pada saat pengolahan tanah. Contoh : pada bau dan rasa di gandum.
a Segi kuantitas : kuantitas juga akan menurun, karena terjadi kompetisi dalam sarana tumbuh ( hara, air, udara, cahaya, ruang kosong ) dalam jumlah terbatas, tergantung dari varietas, kesuburan, jenis, kerapatan, dan lamanya tumbuh.
a Segi praktek pertanian : misalnya : pengolahan tanah, biaya meningkat, aliran air turun, sebagai inang hama penyakit, distribusi, dan pemupukan.


1.2 Tujuan
ü Mengetahui populasi gulma dalam satuan luas secara kuantitatif
ü Melatih keterampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi populasi gulma secara kuantitatif
ü Mengetahui populasi gulma secara kuantitaif yang mendominasi di tanaman kelapa sawit.
II. Alat dan Bahan

2.1 Alat : buku tulis dan pensil, cetakan dari kayu yang berbentuk bujur
Sangkar dengan panjang dan lebar 40 cm x 40 cm, sabit.

2.1 Bahan : gulma dikebun percobaan kelapa sawit Cikabayan IPB Dermaga

III. Metode pelaksanaan
1. Menyiapkan alat.
2. Melempar alat yang berupa cetakan bujur sangkar dari kayu ke area yang terdapat gulma secara acak / random (tidak subyektif)
3. Membabat dempes gulma yang telah masuk ke dalam cetakan kayu tersebut
4. Menghitung dan mengelompokkan jumlah gulma yang telah masuk ke dalam cetakan kayu tersebut berdasarkan nama latinnya.
5. Mencatat hasil analisis gulma secara kuantitatif.
6. Lakukan sebanyak tiga kali ulangan.








IV. PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini populasi gulma yang terdapat di perkebunan kelapa sawit telah dapat diidentifikasi dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan result atau hasil yang diperoleh dari kegiatan analisis gulma tanaman perkebunan kelapa sawit telah tersaji secara sistematis. Metode yang digunakan pun telah dijalankan dengan baik dan benar. Gulma – gulma tersebut perlu diidentifikasi guna untuk mengetahui seberapa besar populasi gulma dalam satu areal luas pertanaman kelapa sawit yang telah diidentifikasi secara random atau acak. Dalam pengambilan gulma tersebut tidak boleh dilakukan secara subyektif, karena jika dilakukan secara subyektif maka hasil dari identifikasi tersebut sudah dapat diperkirakan. Padahal tujuan dalam identifikasi ini untuk mengetahui seberapa besar nilai – nilai penting dalam analisis vegetasi secara kuantitatif antara lain : NP(Nilai Penting), SDR (Sumed Dominancy Ratio), NJD (Nisbah Jumlah Dominasi), BKM (Berat Kering Mutlak), BKN (Berat Kering Nisbi), KN (Kerapatan Nisbi), FN (Frekuensi Nisbi), FM (Frekuensi Mutlak).

V. KESIMPULAN

Dari kegiatan analisis gulma secara kuantitatif dapat kami simpulkan nilai – nilai terendah dan nilai – nilai tertinggi dalam satu populasi gulma disatu areal luas pertanaman kelapa sawit. Dalam hasil analisis vegetasi gulma kuantitatif diperoleh dua nilai yang sangat tinggi ataupun selisih dengan gulma – gulma yang lain sangat jauh, yaitu :
Daftar nilai tertinggi :
No
Nama gulma
KM
KN
FM
FN
NP
SDR
1
Axonopus compressus
248,30
0,400
7
0,097222
0,498
24,88 %
2
Ottochloa nodosa
160,00
0,258
6
0,083333
0,341
17,07 %
Nilai tertinggi ini dimiliki oleh gulma golongan rumput, family Graminae, dengan nama lokal rumput papaitan, gulma tersebut adalah Axonopus compressus. Dengan nilai dari KM (kerapatan mutlak) sampai kolom SDR (Sumed Dominancy Ratio) diperoleh nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan gulma – gulma yang lain.
Sedangkan untuk gulma yang memiliki niali SDR paling rendah terdapat tiga jenis gulma, yaitu,

No
Nama gulma
KM
KN
FM
FN
NP
SDR
1
Calopogonium caeruleum

0,66
0,001
1
0,013889
0,015
0,75 %
2
Centhotheca lappacea

0,66
0,001
1
0,013889

0,75 %
3
Scleria sumatrensis

0,66
0,001
1
0,013889

0,75 %

Nilai SDR terendah dimiliki oleh Calopogonium caeruleum, Centhotheca lappacea, Scleria sumatrensis. Tidak hany dilihat dari nilai SDR saja tetapi juga nilai – nilai yang lain. Nilai yang diperoleh tersebut adalah nilai – nilai paling rendah dalam penghitungan.

Berkebun Kakao, Kopi, Teh dan Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sektor perkebunan merupakan sektor yang sangat menjanjikan dalam pengadaan kebutuhan komoditas perkebunan dunia. Hasil penelitian studi pengembangan perkebunan yang dilakukan oleh IPB tahun 1981, tanaman perkebunan yang direkomendasikan untuk dikembangkan adalah : karet, kelapa, kelapa sawit, lada, kopi, te, cengkeh, kakao dan tebu.
Diantara itu tanaman kopi, kelapa sawit, kakao, dan the, Indonesia mempunyai potensi dan berprospek baik untuk kegiatan pengembangan perekonomian dimasa yang akan datang.Mengingat semakin pentingnya penggunaan ruang (lahan/tanah) oleh berbagai sektor pembangunan serta untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam, Pemerintah pemerintah pada Tahun 1993 menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) dan untuk pengembangan perkebunan dicadangkan seluas 1.700.000 Ha untuk pembangunan jangka panjang 15 tahun (1993–2008). Dari lahan yang dicadangkan seluas 1.700.000 Ha sampai tahun 2002 telah tertanam perkebunan berbagai jenis tanaman seluas 715.079 Ha dan sisa lahan sebagian besar telah dicadangkan untuk perusahaan perkebunan dalam bentuk ijin arahan lokasi, ijin lokasi dan atau pelepasan kawasan hutan.
Komoditas perkebunan yang dikembangkan tengah tercatat 14 jenis tanaman, dengan karet dan kelapa sebagai tanaman utama perkebunan rakyat (342.011 Ha/50%, 68.938 Ha/10,2%) dan kelapa sawit sebagai komoditi utama perkebunan besar yang dikelola oleh para pengusaha perkebunan baik sebagai Perkebunan Besar Swasta Nasional/Asing ataupun PIR-Bun KKPA (Kredit Koperasi Primer untuk Anggotanya). Para pengusaha perkebunan juga mengembangkan tanaman karet, kakao dan lada, namun tidak berkembang sejak tahun 1995.
Peran kelapa sawit terhadap proses pembangunan di Indonesia sampai saat sekarang sudah menunjukan pengaruh/manfaat yang nyata antara lain:
1. Pendapatan Asli Daerah bagi Pemerintah Kabupaten,
2. Kontribusi dari PBB/BPHTB/Retribusi.
3. Penyerapan Tenaga Kerja.
4. Pengembangan Wilayah.
5. Sektor Ekonomi/Jasa berkembang dan tumbuh (pedagang, transportasi, telekomunikasi, perbankan).
6. Pemanfaatan SDA berupa lahan/tanah.

Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. Perusahaan-perusahaan perkebunan berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa sawit secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan.
Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi dahsyat ini bisa kita manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di sektor perkebunan. Hanya butuh sedikit lahan dalam pembentukan perkebunan kopi ini agar efektif. Perkebunan kopi harus mampu mewujudkan harapan bersama dengan paket panduan teknis dan produk tanpa melupakan Aspek K-3 yaitu kuantitas, kualitas dan kelestarian yang kini menjadi salah satu syarat persaingan di era globalisasi.
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.Perkebunan kakao terbanyak diolah oleh petani-petani kecil menengah, agar mampu meningkatkan produktivitasnya agar dapat bersaing di era globalisasi dengan program peningkatan produksi secara kuantitas dan kualitas, berdasarkan konsep kelestarian lingkungan pemerintah harus mendukung usaha petani ini.

1.2. Tujuan Praktikum

a. Melakukan pemeliharaan terhadap tanaman kopi, kakao, teh dan kelapa sawit
b. Melakukan taksasi produksi kakao.
c. Mempermahir kemampuan kemampuan dan keahlian budidaya kopi, kakao, teh dan kelapa sawit.
d. Mengembangkan teori yang diperoleh dikelas dengan melatihnya di kebun
e. Membandingkan teori yang didapat dikelas dengan kenyataan yang dihadapi dilapangan praktikumMenarik kesimpulan dari pelaksanaan praktikum untuk bekal dimasa yang akan datang.
I. BAHAN DAN METODE

2.1. Tempat dan Waktu

Kebun percobaan cikabayan – IPB Dramaga selama 2 jam praktikum.

2.2. Bahan dan Alat

Bahan
1. Pupuk (UREA, MOP, SP-18 dan KCL)
2. Herbisida ( Gramoxone dan Roundup 480 SL )
Alat
1. Cangkul 7. Meteran
2. Garpu 8. Ember
3. Sabit 9. Takaran pupuk
4. Golok 10. Sprayer (set)
5. Gergaji pangkas 11. Sarung tangan
6. Gunting pangkas


2.3. Cara Pelaksanaan

2.3.1. Kopi
1. Persiapan alat dan bahan.
2. Pembersihan piringan dengan menggunakan alat yang tersedia.
3. Pembuangan cabang dan tunas yang tidak berguna (tunas air, tunas balik, tunas cacing dan cabang kipas ).
4. Satu minggu kemudian dilakukan pembuatan alur pupuk dan pemupukan (dosis pupuk urea, pupuk SP-18 dan pupuk KCL @ 600 gr).

2.3.2. Kakao
1. Persiapan alat dan bahan.
2. Pembersihan piringan dengan menggunakan alat yang tersedia
3. Pembuangan cabang dan tunas yang tidak berguna (tunas air, tunas balik, tunas cacing dan cabang kipas ).
4. Satu minggu kemudian dilakukan pembuatan alur pupuk dan pemupukan (dosis pupuk urea, pupuk SP-18 dan pupuk KCL @ 600 gr).
5. Taksasi produksi ( hitung jumlah berdasarkan ukuran panjang buah <10cm,> 15 cm).

2.3.3. Teh
1. Persiapan alat dan bahan.
2. Pemangkasan bentuk 1 dengan tinggi 60 cm.
3. Pembersihan piringan dengan menggunakan alat yang tersedia.
4. Pemangkasan bentuk 2 dengan tinggi 65 cm.
5. Pembuatan alur pupuk dan pemupukan (dosis UREA 50 gr/ph, SP-18 30gr/ph dan MOP 20gr/ph ).
2.3.4. Kelapa sawit
1. Persiapan alat dan bahan
2. Pembersihan piringan dengan menggunakan alat yang tersedia
3. Pembuatan alur pupuk dan pemupukan


3.2. Pembahasan

Prestasi kerja diatas dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari segi internal pekerja maupun eksternal mahasiswa, dari segi internal seperti motivasi mahasiswa dalam bekerja, kesehatan mahasiswa dan ukuran fisik mahasiswa. Sedangkan faktor internal dapat berupa; ketajaman peralatan yang digunakan, jenis tanaman yang dibersihkan dan keadaan lingkungan disaat bekerja.
Berikut data rataan luasan pekerjaan pengendalian gulma yang terselesaikan tiap jenis pekerja:
Secara manual : 461,60 m2/HK
Menggunakan herbisida semprot : 5074,02 m2/HK
Secara wiping : 176,81 jumlah alang-alang/HK
Dari data diatas kita ketahui bahwa untuk areal yang luas lebih efisien pengendalian gulma menggunakan herbisida semprot, sedangkan untuk pekerjaan wiping sangat bergantung pada kontur lahan, yang terbaik adalah lahan datar. Hal ini untuk mempermudah mengamati dan menjangkau areal yang ditumbuhi alang-alang.
Prestasi kerja pada saat pratikum pemupukan sebagai berikut:
Lahan kopi : 137,45 pohon/HK
Lahan kakao : 91,36 pohon/ HK
Lahan teh : 98,67 pohon/HK
Lahan kelapa sawit : 32,39 pohon/HK
Prestasi kerja ini dipengaruhi oleh jenis tanaman yang dipupuk, jenis pupuk, dosis pupuk cara pemupukan dan waktu pengaplikasian.
Berikut ditampilkan rataan prestasi kerja pemangkasan di lahan praktikum:
Tanaman kopi : 41,73 pohon/HK
Tanaman kakao : 91,36 ponon/HK
Tanaman teh : 98,67 pohon/HK
Tanaman kelapa sawit : 32,39 pohon/HK
Dari data prestasi kerja diatas, prestasi yang tertinggi pada lahan teh, hal ini karena pada lahan teh pekerjaan lebih mudah dilakukan. Sedangkan prestasi kerja yang terendah pada lahan kelapa sawit, dikarnakan begitu banyaknya pelepah yang tidak dipangkas yang masih menempel pada batang kelapa sawit.
Angka taksasi pada tanaman kakao dipengaruhi oleh perawatan dan pemelihaan kebun kakao tersebut, yaitu meliputi kegiatan pembersihan gulma, pemupukan, pemangkasan dan kegiatan lainnya.

III. KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum mata kuliah Teknik Perkebunan 2 dilapangan praktikum Cikabayan IPB, kami menyimpulkan beberapa hal, diantaranya:
1) Untuk mendapatkan hasil pertanian yang baik terutama dibidang perkebunan harus menerapkan perilaku disiplin yang tinggi disegala bidang pekerjaan.
2) Hal yang paling menyulitkan dalam perkebunan merupakan pengelolaan tenaga kerja, apabila kurang memahami ilmunya.
3) Lahan perkebuna yang baik dapat tercipta apabila semua pihak bekerjasama mewujutkannya.
4) Ternyata kenyataan yang dihadapi dilapangan sangat jauh berbeda dengan teori yang diajarkan di kelas, hal ini merupakan pelajaran yang sangat berarti bagi kami

3.2 Saran

Saran yang dapat kami sampaikan:
1. Untuk kegiatan praktikum berikutnya mohon pembagian kerja dan luasan areal lebih jelas lagi.
2. Peralatan yang digunakan mohon diperbaiki yang sesuai dengan stantard untuk kerja dikebun.
3. Perlengkapan peralatan mohon ditambah dan tidak beli alat yang kurang bermutu.







DAFTAR PUSTAKA
Barus Emanuel,” Pengendalian Gulma di Perkebunan”. Kanisius. Yogykarta .2003.
Najiyati Sri, dkk. “Kopi-Budidaya dan Penanganan Pascapanen”.Penebar Swadaya. Bogor. 2007.
Pahan, Iyung. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya
Lingga Pinus. ,”Petunjuk Penggunaan Pupuk”. Penebar Swadaya. Bogor. 2008.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. “Budidaya Kelapa Sawit”. (Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit,2003)
Setyamidjaja, Djoehana,”Teknik Budi Daya, Panen dan Pengolahan”. Kanisius. Yogykarta .2006.
http://www.budidaya-kakao.html.ac.id/
http://www.budidaya-kelapa-sawit.html.ac.id/
http://www.budidaya-kopi.html.ac.id/