Kamis, 05 Februari 2009

PENGAMATAN KARAKTER KUALITATIF PADA CABE DAN KELAPA SAWIT

1. Cabai (Capsicum sp.)
a. Latar belakang
Penampilan suatu tanaman ditentukan oleh faktor genetik, lingkungan dan interaksi antara keduanya. Faktor genetik menjadi perhatian utama bagi parapemulia, karena faktor ini diwariskan dari tetua kepada turunannya. Oleh karena itu pengetahuan tentang genetic perlu dipahami untuk dapat memanipulasi tanaman menjadi lebih baik sedangkan factor lingkungan menjadi perhatian bagi para ekologis dengan memanipulasi lingkungan agar tanaman dapat tumbuh seoptimal mungkin.
Sifat-sifat tertentu pada tanaman seperti warna bunga, bentuk polong, warna polong, dikendalikan pleh gen sederhana (1 atau 2 gen) dan tidak atau sedikit sekali dipengaruhi lingkungan. Sifat ini disebut sifat kualitatif. Berikut cirri-ciri sifat kualitatif

no
Ciri-ciri
Sifat kualitatif
1
Cara membedakan
Ada atau tidaknya gejala: tahan atau peka, hitam atau putih.
2
Pengaru lingkungan
Tidakdipengaruhi atau sedikit
3
Sebaran
Diskrit
4
Pengujian
Dengan khi-kuadrat (c2)
5
Seleksi
Dengan observasi
6
Jumlah gen yang mengendalikan
Sederhana (1 atau 2 gen)

Kita dapat melihat beberapa sifat kualitatif pada cabai seperti warna bunga, warna buah, bentuk buah, kepedasan, ukuran ruas, percabangan tanaman dan lain sebagainya.

b. Tujuan
Mengamati serta mengetahui sifat-sifat kualitatif pada tanaman cabai yaitu warna bunga, warna buah, dan bentuk buah


c. Hasil dan pembahasan

Genotype cabai
Warna bunga bagian dalam mahkota
Warna buah muda
Orientasi bunga
Orientasi buah
Tipe buah
C7
putih
hijau tua
samping
bawah
besar
C12
putih
hijau tua
bawah
bawah
besar
C110
putih
hijau tua
bawah
bawah
keriting
C18
putih
hijau muda
samping
atas
rawit
C6
putih
hijau tua
bawah
bawah
keriting
C51
putih
hijau tua
bawah
bawah
keriting
C111
putih
hijau
samping
samping
keriting
C5
putih
hijau tua
bawah
bawah
besar
C19
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C105
putih
hijau tua
bawah
bawah
keriting
C18
putih
hijau
atas
atas
rawit
C50
putih
hijau muda
bawah
bawah
besar
C1
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C63
putih
putih kehijauan
bawah
samping
rawit
C107
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C3
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C2
hijau
hijau tua
bawah
bawah
besar
C15
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C64
putih kekuningan
hijau muda
bawah
bawah
besar
C20
ungu
hitam kehijauan
samping
atas
rawit
C28
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C4
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C17
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C9
putih
hijau muda
bawah
atas
besar
C14
putih
hijau muda
bawah
bawah
besar
C37
putih
hijau
bawah
bawah
besar
C21
ungu keputihan
hitam kehijauan
samping
atas
rawit
C16
putih
hijau tua
bawah
bawah
besar
C11
putih
hijau tua
bawah
bawah
keriting



Berdasarkan bentuk buahnya, cabai digolongan dalam tiga tipe: cabai merah, cabai keriting, dan cabai paprika. Cabai merah buahnya rata atau halus, agak gemuk, kulit buah tebal, berumur genjah, kurang tahan simpan, dan tidak begitu pedas. Cabai keriting buahnya bergelombang atau keriting, ramping, kulit buah tipis, berumur agak dalam, lebih tahan simpan dan pedas sedangkan cabai paprika berbetuk segiempat panjang atau bel.



DAFTAR PUSTAKA

Syukur, Muhamad, dkk. 2007. Penuntun Praktikum Teknik Pemuliaan Tanaman. Bogor: Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor.






2. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
a. Latar belakang
Kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu atau monoecious dimana bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon. Karena bunga jantan dan bunga betina terletak pada tandan yang terpisah, maka tanaman ini termasuk menyerbuk silang, namun dapat juga menyerbuk sendiri. Secara alami penyerbukan dilakukan oleh serangga (entomophili) dan angin (anemophily). Jumlah kromosom 36.
Varietas yang ditanam pada tanaman komersial adalah rugrescen, yang memilki cirri berwarna violet sampai hitam waktu uda dan menjadi merah-kuning (oranye) sesudah matang. Varietas lainnya yatitu virescens san albescens dipakai pada program pemuliaan tanaman atau sebagai koleksi
Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan yang berkontribusi pada lebih dari 80% kebutuhan CPO dunia. Karena kepentingannya bagi konsumen, langkah-langkah untuk membuat varietas kelapa sawit yang sesuai dengan permintaan konsumen terus dilakukan. Hingga saat ini, berdasarkan ketebalan cangangnya, varietas yang banyak digunakan pada perkebunan adalah tenera.
Beberapa varietas kelapa sawit berdasarkan ktebalan cangkang (shell) adalah
- Tipe dura, bercangkang tebal (2-8 mm), persentase minyak per mesokarp rendah.
- Tipe tenera, bercangkang tipis (0,5-4 mm), persentase minyak per mesokarp lebih tinggi dari dura.
- Tipe pisifera, tidak bercangkang, tap umunya bersifat mandul betina.
b. Tujuan
- Mengamati ciri setiap varietas kelapa sawit
- Menentukan varietas kelapa sawit yang ditanam secara keseluruhan

c. Hasil dan pembahasan
Pohon
Dura
Tenera
Pisifera

Dari hasil pengamatan terhadap sifat kualitatif tanaman kelapa sawit, kita dapat melihat bahwa terjadi segregasi pada varietas yang ditanam dengan persentase dura, tenera, dan pisifera berturut-turut 13%, 80%, dan 7%. Hal ini dapat terjadi karena bibit yang ditanam berasal dari F1 atau yang biasa disebut oleh petani sebagai bibit sapuan.
DURA
PISIFERA
TENERA


















DAFTAR PUSTAKA

Pahan, Iyung. 2008. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Syukur, Muhamad, dkk. 2007. Penuntun Praktikum Teknik Pemuliaan Tanaman. Bogor: Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor.



















BAB I
ANALOGI PERCOBAAN MENDEL
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Konsep genetika merupakan dasar dalam memahami mata kuliah dasar genetika dan pemuliaan tanaman. Hal ini tidak terlepas dari teori mendel yang kita kenal sebagai Bapak gedetika dunia. Mendel mengemukakan teori pewarisan terpisah (particulate inheritance) yaitu bahan genetik penentu sifat diwariskan dari kedua tetua ke turunan berupa unit- unit yang utuh yang tetap terpisah, tidak bercampur atau melebur seperti pencampuran.
Dengan adanya teori inilah ilmu genetika terus berkembang dalam mengupayakan pencarian varietas baru di bidang pertanian. Berbagagi spesies tumbuhan disilangkan oleh para pemulia.Tentulah hal ini sebelumnya dapat kita ketahui akan peluang keberhasilan dalam pelakukan persilangan ini. Baik persilangan monohibrid maupun dihibridnya.
peluang dan perbandingan dari keturunan(filial) hasil persilangan yang kita lakukan dapat dianalogikan dengan kegiatan melempar koin. Dari dua sisi pada koin yang dilempar secara berulang-ulang, kita akan mengetahui peluang munculnya masing-masing sisi koin. Hal ini juga dapat dianalogikan dengan dua koin yang digunakan dilempar sekaligus untuk mengetahui peluangnya seperti melakukan persilangan dihibrid.
1.2 Tujuan
Adapunbeberapa tujuan dari percobaan ini ialah:
1. Mengetahui analogi peluang kejadian pada persilangan monohibrid dengan pelemparan sebuah koin
2. Mengetahui analogi peluang kejadian pada persilangan dihibrid dengan pelemparan dua buah koin
3. Dapat mengetahui perbandingan turunan yang diperoleh dalam proses persilangan,baik monohibrit maupun dihibridnya yang dianalogikan dengan peluang munculnya sisi koin pada pelemparannya.
4. Dapat melakukan perhitungan penentuan peluang kejadian.

II. Hasil dan pembahasan
Dari hasil pelemparan koin masing-masing sebanyak 200 kali lemparan satu koin (monohidrid) dan 200 kali pula untuk pelemparan 2 koin (dihibrid) didapatkan data sebagai berikut:
2.1 Percobaan 1(Analogi persilangan monohybrid)
sisi A
sisi a


Pelemparan koin dilakukan sebanyak 200 kali menggunakan 1 koin
Hipotesis :
H0 = Data sesuai dengan nisbah 1:1
H1 = Data tidak sesuai dengan nisbah 1:1
Ulangan
Kelas
O(observasi)
E(harapan)
(O-E)
1
A
a
103
97
100
100
3
-3
0,09
0,09
Total
∑=200
∑=200

∑ =0,18
2
A
a
101
99
100
100
1
-1
0,01
0,01
Total
∑=200
∑=200

∑ =0,02

db = 2-1= 1
tabel = 3,84
hitung ulangan 1 = 0,18
hitung ulangan 2 = 0,02
hitung rata-rata = 0,10
Karena hitung rata-rata (kedua ulangan) tersebut lebih kecil dari tabel maka, diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan.Hal ini dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan perhitungan secara statistika dapat dikatakan bahwa peluang munculnya kedua turunan yang dianaligikan munculnya kedua sisi koin (sisi A dan sisi a) ialah sama besarnya.
2.2 Percobaan 2 (Analogi Persilangan Dihibrid)
sisi A
sisi a
sisi A
sisi a


koin 1 koin 2
Pelemparan koin dilakukan sebanyak 200 kali menggunakan 2 koin
Hipotesis :
H0 = Data sesuai dengan nisbah 1:2:1
H1 = Data tidak sesuai dengan nisbah 1:2:1
Karena hitung kedua ulangan (rata-rata) tersebut lebih kecil dari tabel maka, diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan perhitungan secara statistika dapat dikatakan bahwa peluang munculnya ketiga turunan yang dianalogikan munculnya sisi-sisi dari 2 koin (sisi AA,sisi Aa dan sisi aa) ialah dengan perbandingan 1:2:1.


jika dikaitkan dengan pola pewarisan sifat pada persilangan kelapa sawit yakni antara dura dan fisifera maka dapat kita lihat bahwa akan menghasilkan turunan tenera. Begitupula jika kita kembali melakukan persilangan baik antara tenera,fisifera,dan dura yang semuanya saling disilangkan maka akan mendapatkan berbagai macam perbandingan turunannya.



III. Kesimpulan
dari percobana kali ini dapat kita simpulkan sesuai dengan hukum mendel bahwa bahan genetika penentu sifat diwariskan dari kedua tetua ke turunan berupa unit-unit yang utuh tetap terpisah tidak tercampur atau melebur seperti pencampuran. pada analogi persilangan monohybrid turunan yang diharapkan mewariskan sifat induknya memiliki peluang yang sama besar. Begitu juga dengan analogi persilangan dihibridnya yang menghasilkan turunan yang memiliki sifat sesuai dengan induknya dengan perbandingan 1:2:1.









BAB II
BIOLOGI BUNGA

A. BIOLOGI BUNGA TANAMAN KELAPA SAWIT

I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Botani Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk ke dalam famili Palmae dan subkelas Monocotyledoneae. Spesies lain dari genus Elaeis adalah (E. melanococca) yang dikenal sebagai kelapa sawit Amerika Latin. Beberapa varietas unggul yang ditanam adalah : Dura, Pisifera dan Tenera.
Morfologi kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1. Akar
Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan membentuk akar sekunder, tertier dan kuartener.
2. Batang
Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20–75 cm. Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun.
3. Daun
Susunan daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk. Susunan ini menyerupai susunan daun pada tanaman kelapa. Panjang pelepah daun sekitar 7,5–9 m. Jumlah anak daun pada setiap pelepah berkisar antara 250–400 helai. Produksi pelepah daun selama satu tahun mencapai 20–30 pelepah.


4. Bunga
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan rangkaian bunga betina. Umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang. Bunga tanaman kelapa sawit adalah monoceus yang artinya terdapat bunga jantan dan betina pada satu batang namun letaknya berbeda.
5. Buah
Buah terkumpul di dalam tandan. Dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600-2000 buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20–22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar 12–14 tandan per tahun. Berat setiap tandan sekitar 25–35 kg.
Secara anatomi buah kelapa sawit tersusun dari:
a. Pericarp atau daging buah. Pericarp terdiri dari:
· Mesokarp, yaitu kulit luar buah yang keras dan licin.
· Mesokarp, yaitu bagian daging buah yang berserabut. Mesokarp merupakan bagian yang mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi.
b. Biji yang tersusun dari :
· Endokarp (tempurung) yang merupakan lapisan keras dan berwarna hitam.
Endosperm (kernel) yang berwarna putih. Kernel akan menghasilkan minyak inti atau palm kernel oil.








b.
Tinjauan Pustaka
Sebagian besar manusia mempercayai bahwa salah satu faktor terpenting dalam perkembangan peradaban manusia adalah pertanian. Teknologi pertanian ditemukan sekitar 6000 tahun yang lalu di daerah Asia Tengah dan telah menjadi bagian dari peradaban manusia. Meskipun demikian, pertanian masa kini dan masa 6000 tahun yang lalu memiliki beberapa persamaan, yaitu salah satu tujuan akhir dari pertaniannya adalah untuk mencapai ketersediaan buah dan benih. Sebagian besar dari mereka percaya bahwa proses penyerbukan bunga merupakan kunci penting dalam keberhasilan produksi buah dan biji.
Penyerbukan adalah proses perpindahan serbuk sari yang merupakan sel kelamin jantan pada tumbuhan ke kepala putik yang merupakan bagian bunga yang memiliki sel kelamin betina. Proses penyerbukan bunga pada tanaman pangan diyakini terjadi secara alami dengan bantuan angin. Akan tetapi kemudian diketahui bahwa tanaman pangan dan tanaman perkebunan yang terbantu oleh angin sebagai sarana penyerbukan hanya mensuplai 90 persen dari total makanan di 146 negara yang ada di dunia. FAO memperkirakan bahwa 70 persen dari tanaman membutuhkan bantuan lebah (terutama lebah liar) dalam penyerbukan untuk menghasilkan buah, sedangkan sisanya terbantu oleh serangga lain atau hewan lainnya.
Tahapan proses penyerbukan dengan bantuan agen penyerbuk (serangga, burung, mamalia
1. Bunga memproduksi ovule yang merupakan sel kelamin betina pada saat bunga betina mekar.
2. Agen penyerbuk mengunjungi bunga untuk mengambil nektar atau/dan serbuk sari (polen).
3. Pada saat meninggalkan bunga, agen secara sadar/tidak sadar meletakkan serbuk sari/polen (sel kelamin jantan), dari bunga jantan dari jenis tumbuhan yang sama, pada kepala putik dari bunga betina.
4. Serbuk sari tersebut selanjutnya bergerak memasuki tabung serbuk sari dan membuahi ovule. Proses ini dikenal sebagai proses fertilisasi dan merupakan proses penting dalam pembentukan biji dan daging buah.
Dari pengantar tersebut, timbul suatu pertanyaan yaitu seberapa besar pengaruh dari hewan-hewan mungil ini dalam sistem kehidupan manusia? Untuk menjawab pertanyaan ini secara kuantitatif sangat sulit dilakukan, akan tetapi salah satu penelitian menyatakan bahwa nilai dari servis yang diberikan oleh hewan-hewan ini, secara global dapat mencapai nilai 200 milyar US dollar. Mengapa nilai dari servis yang diberikan oleh agen-agen penyerbuk ini sangat tinggi? Hal ini berkaitan dengan kualitas dari buah yang dihasilkan.
Para petani tentu kadang menemukan tandan buah abnormal yang memiliki ukuran relatif lebih kecil, bentuk yang kurang menarik, dan tidak berkembang sempurna. Pada umumnya petani akan menduga bahwa penyebab bentuk abnormal tersebut adalah kekurangan nutrisi atau serangan hama, dan mengabaikan kemungkinan lainnya seperti penyerbukan.
Sesungguhnya tanaman kelapa sawit membutuhkan frekuensi kunjungan dari agen-agen penyerbukan dalam jumlah yang optimal untuk menghasilkan buah yang baik dari segi kuantitas dan kualitas. Akan tetapi sayangnya, agen-agen penyerbukan yang berupa hewan kecil ini bekerja secara rahasia dan sebagian besar kelompok hewan ini berasal dari hewan yang lebih dikenal sebagai perusak, sehingga perannya dalam penyerbukan dalam sebuah sistem pertanian menjadi terabaikan. Bahkan perencanaan pertanian/perkebunan modern lebih cenderung menitikberatkan pada penggunaan nutrisi tambahan dan pengendalian hama untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Hal ini berarti pula peningkatan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani. Selain itu pula, penggunaan bahan kimia yang berlebihan, bukan tidak mungkin melahirkan masalah baru, yaitu : tingginya tingkat kerusakan pada tanah dan penggunaan insektisida seringkali melahirkan hama serangga subtipe baru yang jauh lebih merusak.
FAO memperkirakan terdapat lebih dari 100.000 spesies serangga, burung, dan mammalia yang terlibat dalam proses penyerbukan dan dapat dikatakan bahwa hampir seluruhnya tidak pernah dianggap sebagai komponen penting dalam sistem pertanian bahkan seringkali tidak dianggap sebagai hal penting dalam ilmu pertanian. Akan tetapi akhir-akhir ini para ilmuwan memprediksikan kekhawatiran akan terjadinya "krisis polinasi" seiring dengan temuan-temuan yang menunjukkan penurunan populasi dari agen-agen penyerbukan di dunia.Satu contoh paparan kasus yang disajikan berikut berkaitan dengan fungsi serangga sebagai penyerbuk di Malaysia. Hal ini merupakan suatu rahasia mengapa Malaysia dapat menjadi penghasil kelapa sawit terbesar di dunia.
Pada tahun 1960-an satu perusahan multinasional mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Malaysia dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan minyak kelapa sawit. Mereka berhasil menanam tanaman tersebut di Malaysia akan tetapi terdapat satu masalah yaitu kelapa sawit tersebut hanya menghasilkan buah dalam jumlah sedikit karena serbuk sari dari bunga jantan seringkali gagal mencapai bunga betina.

c. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk dari bunga tanaman kelapa sawit.
2. Agar mengetahui bagian-bagian bunga tanaman kelapa sawit sehingga kita dapat menyimpulkan golongan bunga kelapa sawit.

II. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil

Gambar 1; Bunga betina kelapa sawit Gambar 2; Seludang bunga jantan
Gambar 3; Bract (kiri), Spikelet (kanan)
Tabel 1; Identifikasi spikelet bunga betina
Panjang tandan
Lingkaran tandan
Ukuran bagian-bagian tandan
Bawah
Tengah
Atas
43 cm
39,4 cm
Pjg
Lkr
Pjg
Lkr
Pjg
Lkr
10,5 cm
4,5 cm
11,5 cm
4,5 cm
10 cm
4,5 cm
Jumlah
7 buah
3 buah


Table 2; Identifikasi spikelet bunga jantan
Ukuran tandan bunga jantan
Ukuran spikelet bunga jantan
Panjang bunga
Diameter
Lingkar tandan
Panjang spikelet
Lingkar spikelet
36,5 cm
4,5 cm
31 cm
12 cm
4 cm

b. Pembahasan
Dalam pengamatan bunga kelapa sawit ini bunga kelapa sawit terdiri dari bunga betina dan bunga jantan yang letaknya berbeda namun pada tanama yang sama (monoceous). Dalam penyerbukannya bunga kelapa sawit biasanya menyerbuk silang karena bunga jantan lebih dahulu mengalami antesis disbanding bunga betina mengalami reseptif. Karena bunga kelapa sawit terdiri dari bunga betina dan bunga jantan yang letaknya berbeda namun pada tanama yang sama (monoceous), maka bunga kelapa sawit dapat disebut juga bunga tidak sempurna.













III. Daftar pustaka
http://www.google.com/search
http://www.masterbeekeeper.org/
http://seafast.ipb.ac.id/maksi/index.php
Pahan, Iyung. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya
Sugiyono. dkk. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Indonesian Oil Palm Research Institute/ IOPRI)
















B. BIOLOGI BUNGA TANAMAN HIAS

I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Bunga (flos) atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik. Bunga secara sehari-hari juga dipakai untuk menyebut struktur yang secara botani disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam konteks ini, satuan bunga yang menyusun bunga majemuk disebut floret.
Bunga berfungsi utama menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa biji.
Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan pembentukan biji.
Beberapa bunga memiliki warna yang cerah dan secara ekologis berfungsi sebagai pemikat hewan pembantu penyerbukan. Beberapa bunga yang lain menghasilkan panas atau aroma yang khas, juga untuk memikat hewan untuk membantu penyerbukan.
Manusia sejak lama terpikat oleh bunga, khususnya yang berwarna-warni. Bunga menjadi salah satu penentu nilai suatu tumbuhan sebagai tanaman hias.
Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat jantan (benang sari) dan alat betina (putik). Suatu bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki semua bagian utama bunga. Empat bagian utama bunga (dari luar ke dalam) adalah sebagai berikut:
Kelopak bunga atau calyx;
Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis dan dapat berwarna-warni untuk memikat serangga yang membantu proses penyerbukan;
Alat jantan atau androecium (dari bahasa Yunani andros oikia: rumah pria) berupa benang sari;
Alat betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani gynaikos oikia: "rumah wanita") berupa putik.
Organ reproduksi wanita adalah daun buah atau carpellum yang pada pangkalnya terdapat bakal buah (ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal biji (ovulum, jamak ovula) yang membawa gamet betina) di dalam kantung embrio. Pada ujung putik terdapat kepala putik atau stigma untuk menerima serbuk sari atau pollen. Tangkai putik atau stylus berperan sebagai jalan bagi pollen menuju bakal bakal buah.
Walaupun struktur bunga yang dideskripsikan di atas dikatakan sebagai struktur tumbuhan yang "umum", spesies tumbuhan menunjukkan modifikasi yang sangat bervariasi. Modifikasi ini digunakan botanis untuk membuat hubungan antara tumbuhan yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dua subkelas dari tanaman berbunga dibedakan dari jumlah organ bunganya: tumbuhan dikotil umumnya mempunyai 4 atau 5 organ (atau kelipatan 4 atau 5) sedangkan tumbuhan monokotil memiliki tiga organ atau kelipatannya.




Tinjauan Pustaka
Bisnis Bunga dan Tanaman Hias di Mataram Rehab. Taman Hotel hingga Menata Dekorasi Pengantin (Oleh Arixs )

Meskipun belum tampak benar orang mataram gemar menata taman secara khusus, namun penjual bunga dan tanaman hias cukup banyak. Di ibu kota NTB ini puluhan penjual bunga berjejer di pinggir jalan utama seperti jalan udayana, jalan airlangga, jalan majapahit, jalan sriwijaya, jalan Saleh Sungkar, kawasan Rembiga. “kadang-kadang hanya cukup untuk biaya pemeliharaan,” kata I Made Yadi, penjual bunga di jalan Udayana, tentang pendapatan sehari-harinya.
Mereka umumnya mengontrak lahan hingga Rp 3 juta per tahun. Menurunnya penjualan bunga dan tanaman hias secara drastis terjadi sejak kondisi pariwisata lesu. “Sebelum tahun 2000 usaha ini sangat menguntungkan,” kata Gde Radita, penjual bunga di jalan majapahit yang mempunyai lahan pemeliharaan bunga dan tanaman hias seluas 27 are. Saat aktivitas pariwisata dalam kondisi stabil, hotel, restoran bahkan vila serta penginapan lainnya kerap melakukan bongkar pasang taman untuk memberikan kesan baru bagi tamu dan wisatawan yang datang. Para penjual bunga ini, juga sering diminta untuk menata kembali taman yang direhab tersebut. “Pemasukan terbanyak kami dari menata taman. Mereka melayani jasa penataan dekorasi berbagai acara, seperti acara perkawinan-niek.
Ternyata tidak banyak bunga dan tanaman hias yang biasa dijual di Mataram, berasal dari NTB. Palem merah, Bonzai cemara Udang, Asoka, hingga Adenium, Aglaonema dan Euphorbia, yang harganya terbilang tinggi didatangkan dari luar daerah seperti Jawa Timur, Bandung, Jakarta, bahkan Tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi yang asli dari ntb Thailand. Harganya ratusan ribu hingga jutaan rupiah, hanyalah Pandan Bali yang berasal dari kabupaten Sumbawa. “Pandan bali ini sudah diekspor hingga Korea Selatan”.
Bunga biasa seperti Kembang Kertas, Bonzai, Asoka, bisa dibeli dengan beberapa lembar ribuan. Jenis tanaman hias seperti Palem Merah, Palem Kuning, Cemara Udang, bisa mencapai satu juta rupiah ke atas. Bunga dan tanaman hias ini bisa dijumpai di hampir semua tempat penjualan bunga. Yang jarang ditemukan adalah jenis Kamboja Jepang atau Adenium atau yang juga disebut Mawar Gurun. Yang sedang digemari saat ini di mataram adalah jenis Adenium dengan harga Rp 40 ribu hingga Rp 700 ribu.
Selain itu jenis bunga yang terbilang langka yang berasal dari Thailand adalah Euphorbia dan Aglaonema. Euphorbia yang lebih dari seratus jenis ini, terbilang mahal, Rp 600 ribu hingga jutaan rupiah. “bahkan bisa mencapai Rp 35 juta,” ungkap Muhtar pengusaha bunga-bunga langka di jalan Saleh Sungkar Ampenan. Usaha yang belum lama digelutinya ini, meski harganya relatif mahal, menurutnya sudah kelihatan mulai digemari. Ada dua koleksi Aglaonema yang didatangkannya langsung dari Thailand yang siap ia jual dengan harga puluhan juta rupiah. Ada berbagai jenis Adenium dengan bonggol-bonggol indah menghiasi pot-pot yang tersiram matahari penuh sepanjang hari. Di Mataram, baru satu jenis Adenium yang bisa dijumpai di kebun-kebun penjualan bunga. Dua jenis lainnya baru mulai dikembangkan oleh Muhtar dan kawan-kawannya.
Musim dingin malas berbunga yang sedang ngetren dan banyak dicari saat ini di Mataram adalah Kamboja Jepang. Demikian penuturan para penjual bunga. Daya tariknya terletak pada berbagai warna memikat yang mencolok dan menawan. Secara sengaja dibuat menjadi pendek dengan bentuk bunga bergerombol dan menyebar. Yang istimewa terletak di bonggolnya yang unik dan bunga yang lebat. Keindahan dan harganya memang ditentukan bonggolnya. “makin unik bonggolnya makin tinggi harganya,” kata Made. Ketika bonggolnya mencapai ukuran ‘raksasa’ harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Jenis biasa dengan bonggol yang biasa pula, Rp 40 ribu hingga Rp 100 ribu. Bibitnya biasa dijual dengan harga Rp 5 ribu. “Adenium atau Kamboja Jepang yang sudah dikawinkan, harganya jauh lebih mahal,”. Setelah perkawinan dilakukan dengan menyambung Kamboja Jepang dengan warna yang berlainan, harganya akan jauh lebih mahal lagi. Makin banyak warna dalam satu pohon makin tampak indah. Di Mataram, belum banyak jenis dan warna Kamboja Jepang ini. Yang paling banyak, yang berwarna merah.
Hal itu disebabkan sulitnya pembibitan. Para penjual bunga tampaknya sedang keranjingan mengembangkan bunga jenis ini namun belum ada yang sepenuhnya paham bagaimana pemeliharaannya yang baik, sehingga tidak banyak yang dapat hidup dengan indah padahal peminatnya cukup banyak. Bonggol yang indah hanya tampak seadanya, sehingga nilai ekonominya pun seadanya. Adenium perlu media kering, namun tetap disiram secara intensif. Jika musim kemarau disiram sekali sehari, jika musim penghujan atau musim dingin disiram dua hari sekali. Jiika ingin rajin berbunga, sebaiknya dipakai pupuk kandang karena pupuk buatan akan mudah menguap.
Kelebihan lain dari Adenium adalah jarang diserang penyakit dan hama, tapi tetap penting pencegahannya dengan memperhatikan kebersihan lingkungan hidupnya. Agar tampak lebih indah, lakukan pemotongan atau pemangkasan saat berbunga karena akan muncul tunas-tunas baru. Menurut muhtar, pemangkasan sebaiknya jangan dilakukan pada musim dingin karena risiko kegagalan berbunganya cukup tinggi. Pada musim dingin adenium malas
Membuat bonggol unik dan menawan barang dan bonggol sempurna, bentuk bagus dengan ukuran besar dan mulus, membuat nilai jual melonjak tinggi. Sayang, tidak gampang mendapatkan batang indah seperti itu. Yang banyak ditemukan batangnya lumayan besar namun bonggolnya tidak indah dan mulus. Jika saja gampang memperoleh buah adenium kemudian diambil bijinya tentu tidak masalah. Salah satu cara bisa dilakukan yakni dengan stek. Hanya saja pembentukan bonggol lebih lama sekitar 4-6 bulan dibanding lewat biji.
Stek bisa dilakukan dengan memilih batang berdiameter minimal 1 cm atau telah berwarna putih, demikian tandanya tanaman telah berkayu. Kemudian iris batang tersebut dengan pisau tajam dan steril. Panjang stek lebih kurang 15-20 cm. Lalu letakkan stek di tempat teduh diangin-anginkan selama tujuh hari untuk mengeringkan getahnya. Setelah pangkal stek mengering, buatlah torehan berbentuk tanda tambah membelah dengan kedalaman 2 cm. Celupkan pangkal stek dalam larutan zat perangsang selama 15 menit. Tanam bahan tersebut ke dalam media dengan campuran, sekam bakar, pasir steril, dan kompos dengan perbandingan 1:2:1. Biarkan selama satu bulan, setelah itu, stek telah berakar. Maka setelah satu hingga dua tahun bersiaplah menikmati keindahan bonggol yang unik dan menawan.

b. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk dari bunga tanaman hias.
2. Agar mengetahui bagian-bagian bunga tanaman kelapa sawit sehingga kita dapat menyimpulkan golongan bunga tanaman hias.


II. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
1. Bunga Widelia biflora

Bagian-bagian bunga:
· Kelopak bunga
· Mahkota bunga
· Putik bunga
· Benang sari





2. Bunga Nolina

Bagian-bagian bunga:
· Kelopak bunga
· Mahkota bunga
· Putik bunga (dalam bunga yang berbeda)
· Benang sari (pada bunga yang berbeda)






3. Bunga Lili-lilian
Bagian-bagian bunga:
· Kelopak bunga
· Mahkota bunga
· Putik bunga
· Benang sari
· Bakal buah




4. Bunga Melatian
Bagian-bagian bunga:
· Kelopak bunga
· Mahkota bunga
· Putik bunga
· Benang sari
· Bakal buah

Gambar 1. Tahapan proses penyerbukan dengan bantuan agen penyerbuk (serangga, burung, mamalia)


Gambar 2; Contoh bunga sempurna

b. Pembahasan
Tanaman bunga hias bukan hanya tanaman yang bernilai untuk keindahan saja, namun juga memiliki nilai ekonomi yang cukup menjanjika. Dalam budidayanya tanaman bunga hias memiliki cirri-ciri karakter tersendiri yang memungkinkan perrbedaan dengan bunga hias lainnya. Dalam sistem reproduksinya tanaman hias memiliki cara tersendiri, baik secara generatif maupun vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif harus memiliki kriteria bunga sempurna ataupun dalam sistem reproduksinya mengandalkan sel betina (kepala putik) dan sel jantan (benang sari).
Dari hasil pegamatan bunga hias diatas maka bunga-bunga hias tersebut termasuk golongan bunga:
1. Bunga Widelia biflora (bunga sempurna)
2. Bunga Nolina (bunga tidak sempurna)
3. Bunga Lili-lilian (bunga sempurna)
4. Bunga Melatian (bunga sempurna)

III. Daftar pustaka
http://www.beritaiptek.com/
http://biologi-suwoto-banjarnegara.blogspot.com/
http://www.cybertokoh.com/mod.php
http://www.sith.itb.ac.id/
















BAB VI
PENGAMATAN POLEN KELAPA SAWIT

I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Bunga tanaman kelapa sawit terdiri bunga jantan dan bunga betina yang berbeda tempat namun dalam satu tanaman (monoceus). Dalam bunga jantan bunga tersusun atas spikelet-spikelet yang menjadi satu dalam infloresen bunga. Di dalam spikelet itu terjadi proses pembentukkan bunga jantan yang nantinya akan menghasilkan polen guna membuahi sel betina (kepala putik).
Dalam proses pembentukkan bunga jantan hingga antesis (siap membuahi bunga betina) memerlukan waktu yang relatif cukup lama. Polen yang dihasilkan tadi akan mampu menyerbuk silang ke tanaman kelapa sawit yang lain antara rentan waktu 3-5 hari setelah antesis.
Sistem Reproduksi
Tumbuhan menunjukkan pergiliran ada dua fase, yaitu fase seksual dan fase aseksual. Fase seksual adalah dimana gametofit membentuk gamet melalui mitosis. Fase aseksual adalah fase dimana Sporofit membentuk spora melalui meiosis.
Kelebihan dan kekurangan reproduksi seksual dan aseksual:
Reproduksi seksual:
· Keturunan lebih mudah berespons dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Reproduksi aseksual:
· Katurunan seragam secara cepat
· Statis atau lambat beradaptasi terhadap lingkungan
Pembungaan
Pembungaan yaitu proses perubahan perkembangan vegetatif menjadi reproduktif (evokasi bunga) atau proses diferensiasi organ-argan bunga dari meristem reproduktif.
Perubahan perkembangan vegetatif menjadi reproduktif dikendalikan oleh beberapa faktor, yaitu:
· Suhu
· Musim/Fotoperioda
· Kualitas sinar

Tinjauan Pustaka
Bunga jantan terletak pada bunga yang berbeda, infloresen bunga jantan memiliki tangkai (penducle) yang lebih panjang dari pada infloresen bunga betina dan terdiri dari spikelet yang berbentuk silinder, seperti jari-jari tangan namun tidak berduri. Spikelet memiliki panjang berkisar 10-20 cm diameter 0,8-1,5 cm dan mempunyai bract yang pendek. Sebelum mekar, infloresen terbungkus oleh triangular bract yang terdiri dari enam segment perianth, 1 Androecium yang membentuk tabung dengan 6atau kadang-kadang 7 kepala sari (anther), serta 1 gynecnoecium yang rudimenter. Struktur 3 segmen perianth yang membentuk lapisan luar bersifat keras, sedangkan 3 segmen perianth lainnya yang membentuk lapisan dalam bersifat lunak.
Bunga jantan mempunyai panjang 3-4 mm dan lebarnya 1,5-2,0 mm. Di Malaysia, dari satu spikelet kelapa sawit varietas tenera umur 8 tahun, dapat dihasilkan 785 bunga jantan sehingga diperkirakan dari satu infloresen bunga jantan dapat dihasilkan 100.000 bunga jantan.
Bunga jantan mekar dari bagian dasar spikelet dan seluruh bunga biasanya sudah mekar dalam waktu dua hari, kecuali pada kondisi musim hujan, dimana biasanya bunga akan mekar setelah empat hari. Umumnya, tepung sari dihasilkan selama 2-3 hari setelah bunga mekar dan akan habis dalam 5 hari, dimana viabilitas tepung sari sudah sangat rendah. Dari satu infloresen jantan, dapat menghasilkan 25-300 gram tepung sari.

b. Tujuan
1. Mengetahui bentuk dari polen kelapa sawit.
2. Untuk mengetahui lama polen dapat hidup tergantung pada berbagai prilaku yang dilakukan terhadap penyimpanan polen kelapa sawit.

II. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Table 1; Pengamatan polen A dan B tanaman kelapa sawit
Keadaan polen sebelum penyimpanan
Perbesaran 10 x 10
Rata-rata
Polen A
Polen B
112,6308
104,4
Perbesaran 40 x 40
Polen A
Polen B
107,5625
73,4
Keadaan polen setelah penyimpanan dalam seminggu
Perbesaran 10 x 10
Rata-rata
Dalam lemari pendingin
Di ruangan terbuka *
Polen A (%)
Polen B (%)
Polen A (%)
Polen B (%)
37,99214
32,76929
42,69
44,73
* pengamatan polen dilakukan oleh kelompo III A
b. Pembahasan
Dari hasil pengamatan penerapan perlakuan terhadap polen kelapa sawit, dari asal polen A yang telah mekar 50 % dan polen B yang telah mekar 70 %. Maka daya membuahi polen terhadap putik bunga berbeda-beda, polen A setelah dilakukan berbagai perlakuan, yaitu dengan perlakuan penyimpanan di ruang terbuka dan di lemari es ternyata lebih tahan lama/lebih baik keadaanya dibandingkan dengan polen B. hal ini dikarenakan polen efektif membuahi putik pada umur antesis 3-5 hari. Dalam pengamatan ini polen B telah mekar 70 %, maka daya aktif polen tersebut sudah berkurang dibandingkan polen A yang masih mekar 50 %.
(polen kelapa sawit)
Gambar 1; polen kelapa sawit







III. Daftar pustaka
http://books.google.com
http://seafast.ipb.ac.id
http://www.sith.itb.ac.id/
Pahan, Iyung. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya
Sugiyono. dkk. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Indonesian Oil Palm Research Institute/ IOPRI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar